BERAMAL LEWAT TULISAN

Saturday 30 April 2016

JOGJA dan KARIMUN, SIAPA PUN TAK PERNAH BOSAN MENGUNJUNGINYA



Tiket promo dari KAI 'Kereta Api Indonesia' kami dapat 30% dari harga normal. Jadi harga promonya hanya 83.5K. Tiket eksekutif tersebut untuk jurusan Malang - Jogja.

Maklumlah aku jarang menikmati yang beginian, kereta eksekutif. Biasa ambil yang ekonomi saja karena tiketnya murah meriah.



Kami pilih Jogja, karena daerah ini penuh dengan Sejarah Perjuangan Indonesia, Kota Budaya, Daerah Istimewa, Kesultanan, Kota Pelajar, sarat Potensi Wisata, Murah, Aman dan seribu alasan lain untuk memilihnya.


START DARI STASIUN TUGU

Kereta api Malioboro sudah berjalan selama tujuh jam dari Malang ke Jogjakarta 'Jogja' dan terakhir tiba di Stasiun Tugu.

Karena mengambil perjalanan pagi, jadi tiba di Jogja sekitar pukul empat petang. Pas turun dari kereta, langsung menuju mushala untuk Shalat Jama Qashar Dhuhur & Ashar di situ.

Melalui jalan underground stasiun, kami keluar menuju pintu selatan. Dari situ langsung ketemu Jalan Pasar Kembang 'Sarkem Street', yang banyak berderet hotel kelas melati hingga bintang. Puluhan depot makanan dan travel juga banyak ada di situ.


Dari jalan ini ke Malioboro hanya seratus meteran saja. Inilah jantung kota Jogja yang sesungguhnya, di mata para pelancong adalah Malioboro. Siang dan malam, Malioboro tidak pernah mati keramaiannya. Hanya ada satu kalimat untuk Malioboro, 'Semuanya ada di sini'.

Siang ramai, malam ramai, apalagi malam hari libur. Malioboro sangat krodit dipenuhi pelancong, penjual kuliner, sovenir dan pakaian. Musik jalanan kulintang angklung modern disajikan penuh dinamika oleh anak-anak muda Jogja. Atraksi ini selalu saja dipenuhi oleh para pelancong domestik dan mancanegara yang kebetulan lewat.

Menikmati kuliner di sini harganya mulai 5K s/d 30K sekali makan plus minum. Oleh-oleh camilan andalan Jogja adalah bakpia pathuk, geplak dan gudeg. Sedangkan kaos unik yang terkenal adalah produksi Dagadu. Begitu juga aneka fashion dari batik harganya juga bervariasi mulai yang murah hingga yang mahal ada di sini.

Kuliner, sovenir, kaos, tas, semua ada dengan ciri Jogjanya. Gedung DPRD, Kantor Gubernur, Istana Presiden, Benteng Vredeburg, Gedung kuno BNI, Kantor Pos, Bank Indonesia dan Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 ada di jalan ini.

Tidak perlu jauh-jauh untuk mencari penginapan murah, menengah atau bintang. Semua ada di sepanjang Jalan Pasar Kembang, Malioboro atau Sosrowijayan.

Kami mencoba Kresna Guest House yang murah meriah (160K berdua). Guest House ini hampir bersebelahan dengan hotel bintang 'Neo'. Kamarnya oke, TV flat, wify, shower di dalam, toiletary dan ada breakfast. Check out pukul 12 siang.

Ada juga Hotel Ratna. Yang ini letaknya persis bersebelahan dengan Hotel Neo. Taripnya 200K (berdua). Kamarnya besar, ada ruang tamu yang luas, TV jadul, sarapan roti plus teh dan shower di dalam. Hotel ini bernuansa etnik Jawa dan di muka hotel terdapat bekas pesawat udara yang dapat dinaiki melalui tangga penghubung.

Dari Jalan Pasar Kembang ada jalan tembus ke Jalan Sosrowijayan. Nah, di salah satu jalan tembus (gang) Sosrowijayan Wetan Gg. II ini terdapat puluhan losmen dengan harga murah bervariasi. Cafe-cafe angkringan juga ada di situ. Turis bule banyak yang nongkrong di situ.

Mau ke Keraton ? Dari Malioboro sekitar 500 meteran saja. Alun-alun, pusat kuliner gudeg ada di Wijilan (24 jam) dan Masjid Gedhe Kauman atau Keraton Jogja semuanya dekat dapat dijangkau hanya berjalan kaki.

Ketika pagi hari sekitar pukul delapan, lapak-lapak di sepanjang Jalan Malioboro masih sepi. Yang muncul hanya para pedagang makanan buat sarapan pagi. Pecel, gudeg, nasi kucing dan nasi campur. Minumannya seperti aneka kopi, ronde, secang dan teh semuanya tersedia di sini.

Ada seninya juga stay di dekat sini. Aku setiap hari pindah hotel, mencari yang lebih murah tapi bagus. Ternyata banyak didapat yang seperti itu.

Tepat di hari Jumat, kami sengaja shalat di Masjid Gedhe di barat alun-alun Jogja. Masjid dengan gaya tempo dulu, dominan dihiasi arsitektur Jawa. Tiang-tiang kayu yang besar dan kokoh menjadi penopang bangunan masjid ini.


GESER KE PRAMBANAN

Cukup menunggu Bus Trans Jogja di halte (shelter) di sepanjang Jalan Malioboro, kami bisa ke Prambanan. Kuambil Bus 1A. Taripnya hanya 3600 Rupiah. Waktu tempuh sekitar empat puluh lima menit. Bus ini melewati Bandara Adi Sutjipto. Jadi kali mau dari/ke bandara tidak perlu cari transportasi yang mahal, cukup pakai Trans Jogja saja. Hhe ...

Trans Jogja naik turun ke mana saja 3600. Ketika turun dari Trans rute yang satu, bisa naik Trans rute lainnya. Asal di shelter tersebut ada rute yang beririsan (interchanges) dan jangan keluar dari shelter dimaksud supaya tidak bayar lagi. Kota Jogja memiliki 6 jalur Trans.

Untuk mengunjungi tempat-tempat wisata di kawasan Jogja, hampir semuanya bisa dijangkau Trans Jogja. Jam operasinya mulai 05.30 - 21.30.

Bus Trans 1A terakhir berhenti di Pasar Prambanan. Dari situ bisa langsung menuju kompleks candi dengan berjalan kaki 800 meteran atau naik ojek yang taripnya 10K. Beca kayuh atau beca motor taripnya bervariasi antara 10 s/d 15K.

Masuk ke Kompleks Candi Prambanan lebih baik di bawah pukul 12 siang. Pada waktu tersebut bisa lanjut ke kompleks yang lain seperti Ratu Boko.

Tiket masuk khusus ke Candi Prambanan 30K. Kalau plus Ratu Boko jadi 50K. Dari Prambanan disediakan shuttle bus untuk ke Ratu Boko.

Berikut ini sekilas asal usul Candi Prambanan : candi ini tepatnya berada 18 km di sebelah Timur Jogja persis di perbatasan antara Daerah Istimewa Jogjakarta dengan Propinsi Jawa Tengah. Candi ini dibangun pada abad ke-9, yang pembangunannya dipersembahkan untuk Brahma (Dewa Pencipta), Wisnu (Dewa Pemelihara) dan Siwa (Dewa Penghancur).

Candi yang tercatat UNESCO sebagai salah satu world herritage (warisan dunia). Prambanan merupakan candi Hindu terbesar se Asia Tenggara. Berbeda dengan candi Budha, Prambanan bentuknya meruncing menjulang tinggi 47 meter. Di sekitarnya dikelilingi candi-candi kecil yang masih utuh maupun yang sudah runtuh.

Sebagai candi terbesar di jaman kerajaan Jawa kuno, Prambanan diperkirakan para ahli sebagai pesaing Candi Borobudur (milik penganut Budha). Pembangunannya dilakukan oleh Raja Rakai Pikatan pada Kerajaan Hindu Sanjaya. Pembangunan candi ini sebagai era kebangkitan Kerajaan Hindu setelah Kerajaan Budha di bawah Syailendra lama mendominasi. Sehingga hal ini merupakan pertanda keberpihakan yang semula pada Kerajaan Budha Syailendra menjadi memihak ke Kerajaan Hindu.


Sedangkan Istana Ratu Boko lokasinya terpisah sejauh 3 kilometer yang berada di suatu bukit. Candi Ratu Boko asal usulnya dinamakan sendiri oleh penduduk sekitar karena kedatangan Raja Boko, yaitu raja yang sangat terkenal dalam mitos Roro Jonggrang. Situs ini berada di atas bukit dengan ketinggian sekitar 190 mdpl dan terhampar di areal 16 hektar. Untuk mencapai lokasi ini disediakan shuttle bus dari Kawasan Candi Prambanan. Untuk menjejahinya harus berjalan kaki ke lokasi yang menyebar seperti pavilion, pendopo dan keputren.

Pada waktu sunrise 'matahari terbit' maupun sunset 'matahari terbenam', candi ini sangat menakjubkan penampilannya. Ini mahakarya anak bangsa dahulu kala. Secara periodik di kawasan Candi Prambanan dipentaskan Sendra Tari Ramayana.

Namun sayang, masih ada candi-candi lainnya di dalam kompleks ini yang tidak lagi bisa berdiri perkasa. Semua ini disebabkan oleh ulah tangan manusia dan runtuh karena gempa bumi besar. Ribuan batu candi hanya berserakan begitu saja di kawasan ini, belum bisa di-rekonstruksi.

Bila anda punya hajat ingin menyewa lapangan luas dengan backgroundnya Candi Prambanan, boleh saja. Katanya, biaya sewanya 50 juta untuk lapangannya saja. Seperti pernah dilakukan oleh ANTV waktu menggelar acara ultahnya.


Hari pas Maghrib. Kami harus segera kembali ke Jogja. Dengan berjalan kaki santai kami menuju Pasar Prambanan (Shelter Bus Trans Jogja 1A). Karena sudah masuk waktu Maghrib, kami shalat di Masjid Raya Al Muttaqun dekat lampu merah pertigaan Solo - Prambanan - Jogja.

Kami lanjutkan berjalan kaki sampai Pasar Prambanan atau Shelter Trans 1A. Setelah itu turunnya di Shelter Malioboro No. 1 (di Malioboro ada 3 shelter). Di situ kami berpisah. Anakku menemui temannya yang sedang berlibur di Jogja. Sedangkan aku sendiri mencari makan malam di Malioboro, terus kembali ke hotel buat istirahat.


GESER KE CANDI BUDHA, BOROBUDUR

Selepas sarapan di hotel, kami beranjak ke Terminal Bus Giwangan dengan Bus Trans 3A. Hari ini kami akan ke Candi Borobudur dengan bus mini (20K). Rutenya Giwangan - Jombor - Muntilan - Borobudur. Waktu tempuh bisa dua jam-an.

Ada cara lain selain dari Giwangan. Ambil Trans 2A dari Malioboro ke Terminal Jombor. Kemudian ambil lagi bus mini ke Borobudur atau pakai bus besar jurusan Magelang - Semarang. Kalau bus ke Magelang memang banyak jumlahnya. Tetapi kalau turun di Magelang harus balik lagi ke Muntilan - Borobudur. Bisa juga turun di Muntilan atau turun di pertigaan jalan dekat gerbang menuju Borobudur. Di pertigaan, mencegat angkutan lagi menuju Borobudur. Kalau mau enak lagi, ikut paket tour yang banyak tersedia di sekitar Sarkem dan Jalan Sosrowijayan.

Bus terakhir berhenti di Terminal Borobudur. Kami ingin isi perut dulu dan minum santai di salah satu depot di dalam terminal. Habis dari situ, kami langsung belok ke kiri menuju pintu masuk bagian luar kompleks candi. Dari Terminal ke pintu masuk bisa naik ojek, andong atau beca. Dengan andong biayanya sekitar 10K berdua.

Masuk ke candi tiketnya 30K. Sama dengan tiket masuk ke Prambanan. Di situ banyak yang menyewakan payung, taripnya 5K. Kalau pakai celana pendek dilarang masuk ke candi. Jadi harus pakai kain yang dipinjamkan gratis dari pengelola.



Kedatangan kami ke sini hanya untuk bernostalgia. Karena kami sudah pernah beberapa kali ke Borobudur. Sekarang, pengelolaan kompleks sudah terintegrasi dan profesional. Sebut saja misalnya ticketing, sekuriti, rute arah, PKL, parkir, annoucement dan beberapa fasilitas pendukung lainnya sudah terasa lebih baik.

Disamping Borobudur, ada lagi candi yang berada tidak jauh di dekatnya. Namanya Candi Mendut, performanya tidak begitu besar, begitu juga arealnya. Berikut sejarah singkat Candi Borobudur : Candi ini diklaim sebagai Candi Budha terbesar di dunia yang dicatat dalam UNESCO dan World Record Guinness. Sebagai candi untuk persembahyangan Umat Budha, candi ini kerap kali dibanjiri oleh wisatawan dunia dan domestik. Tingginya hanya 35 meter, lebih rendah dibandingkan Candi Prambanan, 47 meter.

Borobudur bermula pada abad ke-9, terletak di Kabupaten Magelang Jawa Tengah, memiliki 6 teras yang dihiasi beberapa ribu relief, ratusan patung dan patung Budha dalam Stupa. Candi ini bisa dikelilingi setiap bagian terasnya melalui beberapa jalan masuk dan keluar bertangga.

Candi ini 'ditemukan' oleh kolonial Inggris atas laporan warga pada abad ke-19. Kemudian oleh Pemerintah Indonesia direstorasi bekerja sama dengan badan PBB, UNESCO. Hingga kini, Borobudur bisa difungsikan dan dinikmati oleh banyak orang sebagai warisan dunia. Untuk lebih jelas tentang Candi Prambanan, Borobudur dan situs lainnya, monggo mampir di : http://borobudurpark.com/

Dari Borobudur kami kembali ke Terminal dengan jalan kaki. Karena kami harus ambil tas ransel yang dititipkan di warung terminal. Setelah itu ambil bus tujuan Magelang (8K).


GESER LAGI KE SEMARANG & LANGSUNG TEMBAK KARIMUN

Dari Magelang kami naik bus ekonomi ke Semarang (20K). Kalau bus ekonomi Jogja - Semarang kondisinya tidak ada yang bagus, kecuali yang Patas.

Tidak mau kehilangan kesempatan agar tiba di Jepara tidak terlalu malam, kami langsung ambil bus mini menuju Jepara (15K).

Setelah puas-puasin menikmati kuliner Jepara, habis itu panggil beca (25K berdua) menuju Pantai Kartini ambil satu kamar homestay dekat pelabuhan (150K berdua). Kalau sudah dia atas pukul sembilan malam, beca tidak ada lagi yang hilir mudik. Adanya hanya di depan Hotel Asia Jalan Kartini atau di depan Kantor Polisi sudut alun-alun bagian timur. Bisa saja kami menginap di Jepara, tetapi berisiko bangun kesiangan. Akibatnya bakalan tidak dapat tiket kapal fery. Kalau stay dekat pelabuhan, habis shubuhan bisa langsung antri tiket di loket Pelabuhan Kartini.

Tiket kapal fery ekonomi cuma 59K untuk mengarungi lautan selama 5 jam. Ombaknya lumayan besar sehingga fery bergoyang keras ke kiri ke kanan.

Kami memilih Homestay Salami yang pernah kutempati tahun lalu. Aku sudah terlanjur cocok tinggal di situ. Karena murah meriah, bagus, ada persewaan motor, free wify, sudah kenal baik ownernya dan ada paket tournya.


Sisa waktu petang kami manfaatkan untuk singgah ke Bukit Joko Tuwo (10K).  Di situ sudah ada penataan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Dari situ kami bisa melihat Pantai Karimun dari ketinggian sekaligus menikmati indahnya sunset 'terbenamnya matahari'.

Setelah puas langsung menikmati kuliner ikan baronang dan cumi-cumi bakar bumbu saos padang plus asam manis di alun-alun. Menu komplit untuk berdua cuma 70K. Habis itu pesan roti bakar (12K).

Aku janjian sama Mas Anto malam ini untuk tour besok pagi ke Karimun Bagian Barat. Per orang komplit plus makan dikenakan 160K. Sedangkan untuk kamar yang bagus dan lengkap aku bayar hanya 80K berdua.

Karena di Karimun listriknya hanya hidup mulai pukul 2 siang sampai 8 pagi, aku sediakan power bank dan batre HP dalam kondisi penuh.

Di Homestay Salami juga ada wify nya. Tapi kalau lagi off, bisa datang ke Kantor Telkom beli paket Internet 5K untuk 12 jam atau dipotong dari saldo pulsa kita. Wify corner telkom cepat benar speednya. Tapi harus nongkrong di situ terus.

Hujan lebat turun sejak pukul tiga dini hari hingga pagi hari. Begitu ada sela sedikit reda, aku buru-buru ke pasar tradisional Karimun membeli kudapan buatan warga lokal. Itu semua untuk sarapan pagi menjelang berangkat snorkeling di pulau seberang.

Hujan belum reda juga hingga pukul sepuluh pagi. Langit gelap merata di atas Karimun. Namun Alhamdulillah hujan mereda juga meski masih menyisakan rintik-rintik membasahi bumi.

Tour ke bagian barat diputuskan tetap berangkat setelah memperhitungkan segala resikonya. Dua boat kayu motor dengan 30 penumpangnya meninggalkan pelabuhan nelayan Karimun menuju Pulau Menjangan Besar.

Spot pertama yang dituju adalah penangkaran hiu yang ditempatkan pada sebuah kolam besar. Puluhan ekor hiu buas mondar mandir mencari mangsa. Tetapi mungkin yang ini sudah sedikit dijinakan, meski kalau diberi umpan seekor ikan mati, umpan dan mata pancingnya langsung lenyap dilahap seketika.

Penangkaran ini berada pada kawasan kecil terapung menyerupai dermaga kayu. Di situ, setiap pengunjung diberi kesempatan turun ke kolam untuk mencoba adu nyali berenang bersama hiu-hiu ganas. Tiketnya yang semula 25K naik menjadi 40K.

Boat meluncur lagi ke dekat Pulau Batu Topeng. Kami semua memakai pelampung, sepatu katak dan kacamata snorkeling. Semuanya turun ke laut. Satu persatu ditawari untuk difoto di bawah laut bersama pemandangan terumbu karang dan ikan-ikan 'nemo' yang indah menakjubkan.

Masing-masing pengunjung menikmati indahnya laut sambil berenang, snorkeling dan menyelam dengan caranya sendiri-sendiri.

Puas bermain di dalam air, kami merapat ke Pulau Batu Topeng untuk makan siang. Nasi, sambal, kerupuk dan buah sudah dibawa dari Karimun. Selanjutnya tinggal membuat lubang bakaran di hamparan pasir, lalu menyusun dahan-dahan kayu kecil sebagai panggangannya. Apinya dibuat dari sabut kelapa. Sebentar saja, dalam tempo satu jam 40 ikan segar sudah tersaji di atas tikar untuk disantap bersama.

Sambil istirahat dalam kondisi perut kenyang, membuat mata berkelap-kelip mengantuk. Kami belum sempat tertidur, beruntung perjalanan cepat dilanjutkan kembali untuk snorkeling di pesisir pantai Karimun. Di situ ada kesempatan lagi berfoto bersama terumbu karang dan para Nemo yang cantik-cantik.

Kami pun harus kembali ke Karimun karena hari sudah senja menjelang gelap. Dan hari ini kami akhiri dengan makan malam bersama santapan ikan baronang bakar dan cumi-cumi crispy di alun-alun kota (64K).

Sebelum beranjak tidur, aku ke Pelabuhan Karimun beli tiket Kapal Ekspres Bahari untuk keberangkatan esok hari (kelas eksekutif 150K).


GESER KEMBALI KE HOMETOWN

Hari ini cuacanya terang. Langit pun tampak kebiruannya meski ada sedikit segerombolan awan putih.

Setelah cari jajanan tradisional di Pasar Karimun, kami sewa motor untuk mampir ke Bukit Love (60K). Dari berangkat sampai pulang untuk menikmati indahnya view Bukit Love hanya perlu waktu satu setengah jam saja.

Dari 'sangkar burung raksasa' tampak view pantai lautan Karimun yang sangat mempesona. Kami melakukan beberapa puluh kali jepretan kamera, karena sayang kalau dilewatkan begitu saja. 



Kami kembali pukul sepuluh pagi dari Bukit Love karena Kapal Bahari Ekspress akan berangkat tepat pukul sebelas siang.

Ke pelabuhan kami diantar Mas Anto yang baik hati. Keluarga beliau sangat sabar melayani kebutuhan tamunya. Selamat tinggal Karimun, in shaa allah kami akan mengunjungimu kembali.


Dari Pelabuhan Kartini kami ke Terminal Jepara dengan beca (20K), ambil bus jurusan Semarang dan berhenti di Trengguli menghadang bus jurusan Semarang - Surabaya (Patas Jaya Utama 100K, Ekonomi 55K).

Dari Surabaya kami teruskan lagi perjalanan dengan bus ke Malang hingga tiba di rumah home sweet home dengan selamat.

Meski terasa lelah, tetapi semuanya terbayar lunas dengan kepuasan hati selama traveling ke Jogja dan Karimun Jawa.



     Copyright© by RUSDI ZULKARNAIN 
email  : alsatopass@gmail.com


1 comment:

Unknown said...

Wajah putranya persis pak... hehe
Destinasi yg bagus, jadi slh 1 destinasi impian yg wajib d kunjungi... :D