BERAMAL LEWAT TULISAN

Thursday 5 March 2020

ADA APA di NUSA PENIDA dan TAMAN NASIONAL KOMODO ?

Aku hanya bermaksud memanfaatkan tiket Surabaya ke Bali yang tersisa dari tiket lengkapku Surabaya - Bali - Perth. Hal ini bisa terjadi karena Visa Australia-ku ditolak. Otomatis tiket budget Bali - Perth (pp) 'hangus terbakar' bersama kebakaran luas yang waktu itu sedang melanda Australia.

Aku masih bisa terbang bareng teman²ku yang awalnya akan sama² ke Perth Western Australia. Tapi terbangnya hanya sampai Bali aja. Selanjutnya aku cuma sendirian eksplor Nusa Penida, sedangkan tiga orang yang lain 'NEW ART' Andi, Rendra dan Terry berpisah terbang ke Perth. Ini adalah Plan B setelah gagal ke Ostrali.



NUSA PENIDA YANG SEDANG BERGELIAT

Dari hotel di sekitaran Bandara Ngurah Rai Bali, aku pakai ojol bike 35K ke Pantai Sanur. Tepatnya berhenti di Rumah Makan Mak Beng. Dari situ belok ke kiri, dimana sudah banyak petugas yang menawarkan tiket ke Nusa Penida pada konternya masing².
LA BA LA BU : Malang-Bali-Labuan Bajo
LA BAPER : Malang-Bali-Perth
Aku pilih Fast Boat Star Fish untuk pemberangkatan pukul 08.15. Harga tiket one way 75K. Boleh juga beli tiket return dengan harga yang sama dan bisa memilih waktu kembalinya. Jam terakhir untuk kembali dari Nusa Penida ke Sanur adalah pukul 17.00.

Petugas Fast Boat memanggil kami dengan megaphone ditangannya agar segera naik ke atas boat. Sayangnya, kami para penumpang harus melepas alas kaki. Sebab tidak ada dermaganya. Alas kaki oleh kru kapal dikumpulkan di bak plastik untuk dibawa ke atas kapal. Sedangkan kami mensingsingkan celana lebih ke atas agar tidak basah. 

Fast Boat Star Fish dengan 45 seats mulai meluncur didorong 5 mesin turbo dibelakangnya. Waktu tempuh ke Nusa Penida sekitar 30 menitan. Di Nusa Penida tidak ada angkutan umum kecuali dijemput, charter/sewa atau ikut paket tour.

Spot wisatanya ada di barat dan di timur pulau ini. Awalnya aku ingin sewa sepeda motor. Namun panasnya luar biasa. Badan bakal gosong, cepat lelah dan kuatir dehidrasi. Oleh sebab itu aku sewa mobil plus driver untuk eksplor beberapa spot wisata di Nusa Penida.

Bli Nyoman dari Banjar Nyuh adalah driver mobilnya yang kusewa. Harga sewanya masih tergolong wajar tidak mahal. Apalagi dia sebagai driver, guide sekaligus yang tugasnya jeprat jepret aku. Bli Nyoman anak asli Nusa Penida yang pernah merantau paling jauh ke sekitaran Pulau Bali aja. Tempo hari dia merantau beberapa tahun di Denpasar. Tapi  sekarang dia sudah menetap kembali ke kampung halamannya. Sebab terakhir ini pariwisata Nusa Penida sedang bergeliat maju. Tidak seperti dulu, kini sudah banyak peluang pekerjaan yang terbuka di pulau ini.

Pertama, aku dibawa ke Broken Beach (Pasih Uug) yang punya cerita bagaimana asal usulnya. Spot ini sangat indah dan instagramable betul. Airnya jernih ada beberapa warna. Didukung suasana di sekelilingnya yang menakjubkan.


Selanjutnya, ke Angle Billabong. Sama² mempunyai nilai instagframable yang tinggi. Semua pengunjung dengan berbagai macam gayanya mengabadikan dirinya ber-background spot ini. Deburan ombak dan susunan batu karangnya yang amazing betul memang pantas untuk dinikmati keindahannya.


Dan spot yang terakhir yang tidak kalah ngetopnya adalah Kelingking Beach atau orang sering menyebutnya kepala dinosaurus. Pantai ini sangat favorit di kalangan turis lokal maupun mancanegara. Apalagi kalau dilihat dari atas, keindahannya semakin tampak. Di belakangnya ada lautan biru yang terbentang luas. Sedangkan pantainya bergradasi warna biru, hijau dan keputihan.

Kecamatan di bawah Kabupaten Klungkung ini memang menjadi salah satu andalan pariwisata Bali. Turis berbondong² setiap hari berangkat dari Pantai Sanur, ada yang tour private, group atau ikut open trip. Bagi yang suka kesunyian atau hiburan pada lokasi tertentu, di Nusa Penida tersedia berbagai kelas penginapan termasuk segala entertainment-nya.

Akses jalan masih tergolong sempit apalagi kalau berpapasan, salah satu harus mengalah. Namun lambat laun keadaan tersebut mulai diperbaiki dan ditata agar lebih baik. Mengakhiri perjalanan di Nusa Penida, aku makan di RM Padang sekitaran Kampung Muslim. Menu Rendang plus kopi dipatok 40K adalah pilihanku. Lantas Bli Nyoman mengantarkanku ke Pelabuhan Banjar Nyuh untuk kembali ke Sanur dengan fast boat yang lain 'Dwi Manunggal'.

Setelah merapat di Sanur, aku stay di sekitaran pinggir pantai. Di situ banyak hotel atau homestay dengan harga budget. Lalu malamnya ketemuan dengan sobatku yang berdinas di Denpasar untuk cari angin sambil ngopi² santai.

Esoknya, agar memiliki quality time di Bali aku manfaatkan jogging di Pantai Sanur melihat sunrise sambil menikmati sarapan soto ayam dan secangkir kopi panas. Akhirnya aku harus meninggalkan Bali menuju Labuan Bajo. Bus Shuttle Perama menjadi pilihanku dari Sanur menuju Bandara Ngurah Rai (35K).


EKSPLOR LABUAN BAJO DAMBAANKU

Hanya satu jam an pesawat yang membawaku dari Bali mendarat di Bandara Komodo di Labuan Bajo, Kab. Manggarai Barat Pulau Flores, NTT.

Aku tau ini bukan perjalanan biasa. Karena tidak hanya Nusa Penida dan Labuan Bajo yang akan ku-eksplor tapi sebagian besar Pulau Flores akan kujelajahi. Oleh sebab itu phisik harus dilatih agar badan tetap fit dan bugar. Alhamdulillah hal itu sudah kupersiapkan 10 hari berturut-turut sebelum berangkat.

Bandara yang sebentar lagi resmi dikelola Manajemen Changi Airport kemungkinan akan tumbuh pesat ? May be...

Dari  bandara ke kota pinggiran pantai cukup dengan ojek. Sekali² bayar 30K tidak apa², meski jaraknya dekat sekitar 3 km saja. Ada beberapa hotel yang bisa dipilih mulai yang  budget hingga bintang. Aku sendiri sudah tiga kali pindah hotel, di utara di tengah dan di selatan garis pantai Labuan Bajo.

Untuk kulinerannya menyebar mulai Pantai  Pendopo, sepanjang Jalan Soekarno hingga Pantai Pede. Aku cobain makan seafood di pinggiran Pantai Pendopo. Tersedia beraneka macam ikan, lobster, udang dan cumi². Olahannya bisa dibakar, asam manis atau digoreng tepung. Untuk menuju kesitu agak sedikit repot karena banyak jalan yang searah. Kelihatannya dekat tapi jadi jauh karena jalannya harus memutar.

Aku belum bisa eksplor laut di Labuan Bajo seperti ke Pulau Komodo, Rinca atau Padar. Aku masih menunggu kedatangan sahabatku dari Bali dua hari lagi. Untuk mengisi kekosongan waktu, esok paginya aku eksplor Ruteng pakai Travel Gunung Mas.


RUTENG KOTA SERIBU BIARA

Armada Travel Gunung Mas adalah yang terbaik untuk transportasi antar kota di Flores. Kapasitas kursinya 12 seats, longgar, jemputannya on time dan bersih (110K). Melintasi Trans Flores lumayan menantang. Jalurnya berlika liku tajam dan naik turun, setara dengan Kelok 44 di Bukit Tinggi atau jalur Curup - Bengkulu. Yang tidak kuat melewati jalur ini, bakal minta kantong plastik untuk menampung isi perutnya.
Hampir empat jam di atas travel, akhirnya aku tiba di Ruteng kota seribu biara. Aku stay di Wisma Efata Jalan A. Yani. Gedung tua bekas sekolah guru yang dibangun sekitar tahun 1958 ini tidak difungsikan lagi sejak tahun 1989. Dan pada tahun 1994 bangunan ini diresmikan sebagai lokasi retreat agama, seminar, pelatihan dan tempat menginap umum.

Bangunannya yang luas terawat baik termasuk kondisi kamar²nya tertata rapi dan bersih. Begitu juga kamar mandinya, tersedia air yang cukup dan resik. Kamar² dengan kapasitas tempat tidur hingga 150 an bed siap menyambut kedatangan anda. Namun apakah anda punya nyali stay di sini ? sebab ketika itu cuma aku sendiri yang menginap di sini. Sunyi tanpa suara sedikit pun namun lokasinya strategis, super murah dan petugasnya sangat ramah membantu kebutuhanku.
Hari pertama di Ruteng, aku eksplor berjalan kaki ke Rumah Adat Manggarai yang lokasinya hampir 2 km dari penginapanku. Selanjutnya dengan ojek menuju rumah adat Ruteng Puu Traditional Village yang masih terjaga keasliannya. Tidak berhenti sampai di situ, eksplor dilanjutkan ke Liang Bua Cave yakni gua kuno yang masih dalam penelitian berbagai pihak tentang asal usulnya. Lokasinya sekitar 10 km dari Kota Ruteng.

Kota Ruteng yang sejuk dikelilingi gunung dan perbukitan airnya dingin segar. Kota ini sebagai Ibukota Kabupaten Manggarai Tengah. Daerahnya subur dengan berbagai jenis hasil pertanian dan perkebunannya seperti padi, kopi, durian, jagung atau kacang tanah. Kucoba melihat kota ini dari atas yakni dari Golo Curu, pemandangannya sangat apik. Eksplor hari ini kuakhiri dengan menyantap kulineran di salah satu RM Padang yang ada dimana². Menu makanan yang laris manis justru yang berasal dari luar Ruteng seperti Jawa (gado²/penyetan) dan Padang. Rentang harga makanan mulai 15K hingga 40K.

Sedianya pada hari kedua di Ruteng aku mau eksplor Wae Rebo Village, namun hujan. Sebagai gantinya menuju ke Spider Rice Field di Cancar, sekitar 30 menit perjalanan dengan ojek. Formasi sawah yang berbentuk sarang laba² adalah pembagian pengelolaan sawah secara adat di Cancar. Pada saat musim tanam dan tanaman padi mulai tumbuh, inilah goodtime karena memancarkan warna hijau padat pada petak sawah sarang laba².

Keindahannya tidak dapat dilihat dari dekat, tapi yang terbaik dilihat dari atas bukit atau pakai drone. Amazing banget keindahan yang disebut sebagai Spider Rice Field itu. Entrance fee nya cuma 10K tidak ada tiketnya.

Selesai ke sawah sarang laba², kemudian lanjut ke Hill Top View Villa Alam Flores, sekitar 20 menit dari Cancar. Jalan aspal sempit menanjak terjal adalah jalur satu²nya menuju puncak. Kalau pemandangannya jangan diragukan lagi, memang benar² indah. Gunung² dan perbukitan menghiasi lanskap luas ini. Di lokasi tersedia kamar² seperti cottage dan sebagian item lainnya masih dalam tahap pengembangan.

Esoknya, aku harus kembali ke Labuan Bajo dengan travel Gunung Mas lagi. Sebab sobatku yang bernama Jiren akan landing sekitar pukul lima petang. Dia berangkat dari Bali untuk sama² eksplor laut dan pulau sekitar Labuan Bajo.

Malam itu juga kami berdua booking full day tour dengan speed boat. Untuk hal ini aku percayakan pada KK Sam (HP : 087753376691) dari Kharisma Tour. Ada 6 destinasi yang menjadi paket tour ini di Komodo National Park yakni Pulau Komodo, Padar, Pink Beach, Manta point, Taka Makasar dan Kanawa Island. Paket tour ini kubayar 1,3 Jt belum termasuk tiket masuk ke taman komodo (110K).

Hari yang ditunggu untuk tour terpaksa dibatalkan karena pagi itu hujan lebat disertai angin kencang. Tidak ada satu pun kapal diijinkan Syahbandar untuk berlayar. Berkenaan dengan itu kami sepakat untuk ditunda pada esoknya demi keamanan semuanya. Untuk mengisi waktu yang fakum, kami sewa sepeda motor bertarip 75K per harinya.


BATU CERMIN YANG WAJIB DIKUNJUNGI

Di bawah hujan rintik yang belum juga berhenti, kami eksplor spot Batu Cermin sekitar 7 km dari Labuan Bajo. Bermodal Google Maps lokasinya tidak sulit ditemukan. Sebelum masuk kami harus beli tiket masuk @20K dan guide 50K. Jalan masuknya ditumbuhi gugusan bambu berduri yang tertata apik. Setelah itu menyusuri tepi gua. Dan selanjutnya kami sudah berada di dalam gua yang sebenarnya. Di situlah terdapat batu yang bercahaya berasal dari pantulan sinar matahari.
Aku dan Jiren
Aku dan Jiren

Di dalam gua juga terdapat stalagtit dan stalagmit, fosil seorang ibu dan fosil penyu. sedangkan di bagian luar gua terdapat fosil ikan yang semuanya menempel di dinding gua. Masuk ke dalam gua harus melewati bebatuan besar yang basah dan adakalanya harus menunduk bermanuver agar bisa melewati lorong yang sempit. Naik turun di dalam gua harus dilakukan agar bisa mencapai semua bagiannya. Jangan lupakan destinasi yang satu ini karena lokasinya tidak terlalu jauh dari Kota Labuan Bajo.

Menjelang malam kami mencoba beberapa cafe. Sebut saja misalnya Cafe di Marina atau Cafe Escape Bajo yang lokasinya di atas bukit sambil menyaksikan sunset. Kami balik ke hotel cepat² untuk persiapan eksplor Komodo National Park esok hari. Semoga besok cuacanya cerah agar tidak batal seperti kemarin.


EKSPLOR TAMAN NASIONAL KOMODO

Alhamdulillah pagi² kami dikabari kalau hari ini siap untuk eksplor Komodo National Park yang terdiri dari beberapa pulau. Ketika itu cuacanya terlihat cukup cerah, sehingga muncul rasa optimis bisa menjelajahinya.

Armada jemputan sudah tiba sebelum pukul 8 pagi di Hotel Jayakarta untuk membawa kami ke meeting point di Hotel Laprima. Di belakang hotel ini ada dermaga speed boat yang akan membawa kami tour ke beberapa destinasi.

Speed boat dari East Cruise ini diberi nama Hope 1, Hope 2 dst. Kapasitas tempat duduknya 40 di dalam dan di atas. Ada toiletnya dan bermesin 4 buah. Dengan speed boat ini perjalanan tour dapat dipersingkat dibandingkan dengan kapal kayu phinisi. Tour dengan setiap kapal memiliki sensasi yang berbeda². Monggo dipilih dan diputuskan mau pakai speed boat atau kapal phinisi 3D2N, 2D1N.

Destinasi pertama adalah ke Pulau Padar yang ditempuh dalam 1 jam. Speed boat ditambatkan di dermaga Padar. Lantas kami ber-21 mulai treking ke puncak pulau ini. Bagi yang membawa drone harus lapor dan dikenai biaya tambahan 1 juta rupiah.

Cuacanya terang tapi panas teriknya luar biasa, sehingga keringat terus bercucuran. Tempat berteduh hampir tidak ada. Yang ada hanya tumpukan dinding batu atau pohon kecil yang tumbuh di pulau ini. Setapak demi setapak kami menyusuri anak tangga sambil mengabadikan pemandangan laut yang super amazing.

View yang ikonik dan instagramable ini memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Kunjungan pelancong tidak ada habis²nya dari penjuru negeri dan mancanegara. Untuk menuju kemari perlu stamina yang fit dan harus tetap berhati² ketika selfie atau menapaki anak tangga.

Kalau pas haus kelelahan, di ujung tangga turun ada penjual makanan dan minuman termasuk kelapa muda. Ga perlu berlama² di Padar, mari lanjut ke Pink Beach yang pasirnya berwarna pink di sepanjang bibir pantai. Warna pink berasal dari batu karang berwarna merah yang hancur diterpa ombak terus menerus. Akhirnya hancur lebur menjadi butiran pasir berwarna pink dan terbawa sampai di pinggiran pantai.

 Di pantai ini boleh² saja berenang dan snorkeling sambil mengabadikan view super indah di sekelilingnya. Habis itu ngopi² santai yang dijual para pedagang di sini.

Kami diberi menu lunch di atas kapal. Satu set lunch box berisi ayam goreng, sayur, mie goreng, oseng² tahu dan sambal. Soal makan minum di Speed Boat Hope sangat cukup berkali² diberikan. Termasuk peralatan snorkeling juga disiapkan dari pihak east cruise.

Yang ditunggu² adalah ke Pulau Rinca dimana habitat hewan langka komodo hidup aman di sini. Sebetulnya sesuai rencana tour akan ke Pulau Komodo bukan ke Pulau Rinca.

Namun karena ada warning dari Syahbandar dan BNPB, semua jenis perahu dilarang ke Pulau Komodo karena gelombang air laut yang belum stabil. Demi keselamatan kami pun mentaati himbauan tersebut.

Dimulai dari Dermaga Pulau Rinca, kami berjalan kaki bersama² menuju gerbang utama. Lalu sebelum lebih jauh eksplor Pulau Rinca, kami diberikan breefing oleh para ranger (pemandu/pawang komodo). Para ranger akan menjaga keselamatan kami selama berada di Pulau Rinca. Mereka membawa tongkat yang ujungnya bercabang dua mirip huruf 'Y'.

Di bawah panas terik matahari, kami bisa menyaksikan hewan langka ini yang hanya ada di Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Hewan ini sangat berbahaya karena termasuk jenis omnivora atau pemakan daging. Air liurnya mengandung bakteri berbahaya. Bila digigit sedikit saja maka nyawa taruhannya.

Treking di Pulau Rinca lumayan menguras tenaga, apalagi panasnya bikin badan jadi haus dan kelelahan. Kami harus naik turun bukit pada trek yang telah ditentukan. Dari situ bisa menikmati semua keindahan sekaligus melihat komodo yang sedang beristirahat tapi dia tetap siaga.

Aktivitas tour berikutnya adalah snorkeling di Pantai Manjarite. Speed boat dan beberapa perahu bisa ditambatkan karena ada dermaganya. Alat snorkeling lengkap diberikan pada setiap peserta yang mau ikutan. Para kru dengan senang membantu memakaikan peralatan snorkeling. Setelah masing² melompat ke laut. Snorkeling di sini sangat cocok buat pemula. Airnya jenih, tenang, tidak dalam dan pemandangan di sekitarnya masih tetap mempesona.

Tampak satu persatu teman seperjalanan kami selesai snorkeling. Peralatan dikembalikan dan ditaruh di bagian belakang speed boat. Pakaian yang basah tidak masalah dipakai sampai ke dalam kabin dan duduk kembali pada seat-nya masing².

Enaknya tour pakai speed antar destinasi bisa dijangkau dalam waktu yang singkat. Misalnya dari Pantai Manjarite ke Pulau Kelor cuma 5 menitan saja. Kami ber-snorkeling kembali di Pulau Kelor. Pantainya landai berpasir putih. Di sini, ada beberapa yang jualan kelapa muda, makanan dan minuman dengan harga yang lumayan berlipat. Tidak terasa, pulau ini sebagai destinasi terakhir tour kami dan semua bersiap kembali ke homebase.

Sekitar pukul 5 petang speed boat merapat di Dermaga Hotel Laprima. Lantas para peserta diantar ke hotelnya masing dengan armada mobil 'East Cruise'. Selepas tour, yang tersisa tinggal pegal² di badan tapi seimbang dengan kepuasan eksplor Taman Nasional Komodo.*Berakhir sudah penjelajahan di Labuan Bajo bersama pernak perniknya. Malam ini adalah yang terakhir di Bajo, packing barang dan istirahat yang cukup untuk next exploring to Waerebo.

Cheers. 


Copyright©by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com

No comments: