BERAMAL LEWAT TULISAN

Monday 15 June 2020

ADA APA DI GUNUNG KAWI ?



Cuma penasaran aja pingin tau ada apa sih di Gunung Kawi. Lagi pula jarak dari rumahku ke gunung itu hanya beberapa puluh kilometer aja. Jadi ga ada alasan untuk tidak mencoba ke sana. Berasa malu aja kalau tinggalnya di Malang tapi belum pernah sekali pun ke G. Kawi.


TEMPAT ZIARAH dan TREKING KE PUNCAK KAWI

Jangan salah ya Gunung Kawi ada juga di Bali, tapi namanya Candi Gunung Kawi atau Candi Tebing Kawi yang merupakan situs purbakala. Letaknya di Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.

Sedangkan G. Kawi yang kujelajahi ini adalah yang ada di Kabupaten Malang. Posisinya sederetan dengan Gunung Butak dan Gunung Panderman. Gunung ini termasuk gunung berapi. Deretan ketiga gunung tersebut kalau dilihat dari Kota Malang menyerupai 'putri tidur'.
Sebelum lebih jauh kuceritakan tentang G. Kawi ini, pertama-tama harus dibedakan antara Tempat Ziarah Pesarean, Keraton dan puncak G. Kawi itu sendiri.

Keraton boleh dikatakan adalah batas akhir jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor (800 mdpl). Begitu juga Pesarean mirip seperti itu. Sedangkan untuk pendakian menuju puncak G. Kawi (2551 mdpl) salah satunya bisa lewat sini melalui jalan setapak.


Ada beberapa jalur pendakian menuju puncak G. Kawi yang bisa dipilih. Masing² jalur memiliki jarak/lama tempuh dan level medannya yang ber-beda² :

Jalur lewat Keraton, Jalur Pesarean, Jalur Precet, Jalur Batu Licin atau lewat Gunung Butak. Jalur pendakian Keraton dan Batu Licin akan bertemu di puncak Batu Tulis (2603 mdpl).

Pada tahap ini aku hanya mengunjungi lokasi yang dikenal sebagai tempat peziarahan G. Kawi, di Pesarean dan Keraton (antara keduanya berjarak sekitar 5 km).

Aku belum berniat ke puncak Kawi. Namun pada kesempatan lain aku punya rencana muncak sampai titik paling atas yakni 2551 mdpl. Nanti ajalah, karena perlu persiapan yang cukup untuk muncak ke sana seperti phisik yang fit, pemilihan musim dan perbekalan.


COBAN BAUNG

Rumahku dekat Dinoyo Kota Malang, maka jalur yang kupilih adalah lewat Kecamatan Wagir. Dari Malang jaraknya sekitar 38 Km dengan waktu tempuh kira² dua jam-an. Jalan lainnya bisa lewat Kepanjen, namun lalu lintasnya lebih krodit dan sedikit lebih jauh.


Perjalanan dari Malang ke Keraton G. Kawi via Wagir akan melewati Coban Glotak (Wagir) dan Coban Baung (sebelum per-4 menuju Keraton). Monggo dimampiri salah satunya atau dua²nya sekalian.

Aku hanya mampir ke Coban Baung sebab sebelumnya sudah pernah ke Coban Glotak. Coban Baung sendiri sangat indah yang memiliki ketinggian sekitar 60 meter. Dari jalan terakhir, perlu treking menyusuri jalan setapak yang menurun sejauh 200 meter. Percikan airnya yang lembut membuat wajah dan badan jadi segar.


SPOT² DI PESAREAN dan KERATON G. KAWI

Menuju lokasi wisata/ziarah G. Kawi cukup simpel, karena ada tanda arah jalannya. Kalau bingung, biasanya aku pake 'GPS' Gunakan Penduduk Setempat. Malu bertanya sesat di jalan rupanya masih berlaku sampai sekarang.

Pertama aku mendatangi Keraton. Tiket masuknya sekalian parkir 5 ribu (ga tau resminya berapa karena loket masih tutup). Setelah itu aku ke Klenteng, Keraton (Petilasan Prabu Sri Kameswara) dan ke beberapa makam yang ada di situ. Di kompleks ini terdapat beberapa rumah ibadah dari semua agama, seperti masjid, klenteng, pura dan gereja. Ada pemandu yang siap menerangkan history setiap spot yang ada di situ, termasuk sejarah keberadaan Keraton di G. Kawi.


Saatnya menuju ke Pesarean yang jaraknya sekitar 5 km dari Keraton melewati jalanan yang dihiasi lanskap rindangnya pepohonan bambu dan pinus. Sebelum ke Pesarean, aku mampir ke Lembah Indah yang memang sangat indah melewati kompleks pabrik pakan ternak Japfa. Tempat wisata Ini semacam resort yang dikelola investor. Di dalamnya terdapat taman² indah, belajar menanam dan rumah camping berbentuk igloo setengah bola berwarna putih. See ... https://www.timesindonesia.co.id/read/news/253931/lembah-indah-malang-sensasi-glamor-camping-dengan-latar-keindahan-gunung-kawi

Akhirnya aku tiba di areal Pesarean G. Kawi. Di depan gapura selamat datang ada restribusi tiket masuk 3 ribu. Lantas karena masih musim pandemi covid, aku diperiksa suhu tubuh dengan temperature gun dan membasuh tangan dengan hand sanitizer.
Sedari tadi sudah ada yang menawarkan jasa parkir, mulai dari bawah hingga jalanan di atas. Sepengetahuanku, memang belum ada tanda yang besar dan jelas disebelah mana pintu masuk Kompleks Pesarean itu. Terpaksa aku pakai 'GPS' lagi.

Tidak lama berjalan dari parkiran, aku sudah berada di Pesarean. Di situ terdapat bangunan Ciam Si (tempat meramal nasib) lintas agama, Masjid Iman Sujono, padepokan, penginapan, rumah makan, deretan penjual souvenir dan mamin. Saat ini suasananya benar² sepi karena masih pandemi covid. Benar² hampir lumpuh total.

Tempat ziarah wisata religi ini 'banyak yang bilang' sebagai tempat pesugihan, meramal nasib atau ngalap berkah dengan berbagai ritualnya. Terserah aja, semuanya dikembalikan pada masing² individu datang kesini niatnya apa.


Aku sempat berbincang dengan seorang warga setempat bahwa banyak orang berpendapat kalau disini adalah tempat bla bla bla.

Dia bilang, "Jika benar begitu, secara logika ngapain warga disini banyak yang bekerja ke luar daerah ? mending kerja disini aja" Masuk... masuk ... cara berpikirnya.

Berikutnya aku ke Pesarean yang letaknya lebih atas melalui gapura dan menapaki anak tangga. Pesarean tersebut sebagai tempat dimakamkannya Kanjeng Kyai Zakaria II (Eyang Djoego) dan Raden Mas Iman Sujono. Beliau ini masing² adalah keluarga Pangeran Diponegoro, Susuhunan Pakubuwono dan Sultan Hamengkubuwono.

Di halaman Pesarean terdapat pohon dewandaru (Ceremai Belanda). Pada saat Bulan Syuro ketika suasana normal, seluruh kawasan pesarean sangat padat dikunjungi peziarah dari berbagai daerah bahkan mancanegara.
Jangan malu²in orang Malang ya... masa belum pernah ke G. Kawi. Datanglah ke sini sambil ngopi² olahan biji kopi pilihan asli dari G. Kawi.
So amazing... beautiful Indonesia.


Copyright@by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com

No comments: