(Burma - 1)
Negara yang berbatasan dengan lima negara Thailand, Laos, China, Bangladesh dan India adalah Myanmar. Sebelum bernama Myanmar negara ini sering juga disebut Birma atau Burma. Anak-anak zaman sekarang lebih tau nama Myanmar ketimbang Burma, kecuali orang-orang tua dulu adalah sebaliknya.
Memang negara ini kurang begitu terkenal dibanding negara ASEAN lainnya seperti Indonesia, Singapura, Malaysia atau Vietnam. Beberapa tahun belakangan ini saja namanya mulai sering muncul, diantaranya karena ada seorang wanita pelopor demokrasi. Wanita tersebut adalah Aung San Suu Kyi yang dijuluki Mother of Democracy yang gencar melakukan gerakan demokrasi melawan rezim militer tanpa kekerasan.
Negara yang sering disebut juga Golden Land ini, letak geografisnya membentang dari utara hingga selatan. Penduduknya saat ini lebih dari 50 juta, berbahasa Burma, dipimpin oleh seorang presiden dan mata uangnya Kyat. Wilayahnya terbagi dalam 7 Region dan 7 Negara Bagian. Selanjutnya untuk lebih mengenal negeri ini, akan aku kupas pelan-pelan biar lebih mudah memahaminya.
DARI MALANG ke YANGON
Selesai pamitan dengan anak dan isteri, saatnya berangkat dengan travel ke Bandara Juanda Surabaya, dilanjutkan dengan terbang ke KL flight terakhir AA berangkat 20.30 menuju Kualalumpur 'KL' yang tibanya 00.05. Dan pukul 4 pagi sudah check in lagi untuk lanjut terbang ke Yangon pada 06.55 dan tiba 08.00. Perbedaan waktunya KL lebih cepat 1,5 jam daripada Yangoon.
Kalau ingin tau jadwal flight AA dari berbagai kota ke Yangon, bisa coba langsung akses website-nya di http://www.airasia.com/id/id/home.page
Ada kekuatiran ketika ada petugas AA memeriksa bobot dan besarnya back pack yang akan aku bawa masuk ke dalam cabin. Dia bertugas memeriksa dan memberi label identitas AA pada setiap tas. "Wah, berat bener nih Pak. Nanti timbang dulu ya". Katanya dengan sedikit tegas. Iya mas, jawabku. Aku tau peraturan AA hanya boleh bawa barang bawaan ke cabin maksimum 7 Kg saja. Tapi sering aku coba melanggarnya, selalu berhasil. Sampai dua kali ia mengingatkanku tentang hal ini. Aku tetap bilang, iya mas. Ketika semua penumpang sedang sibuk-sibuknya masuk pesawat dan dia sendiri sibuk menimbang kelebihan barang milik orang lain, aku berhasil menyelinap masuk ke dalam pesawat. Hhuuh ... sambil tarik nafas dalam-dalam. Tentu saja begitu, karena berat barangku hampir XX Kg. Jangan ikut-ikut seperti aku ya, karena biaya kelebihan bagasi sangat mahal taripnya.
Ketika di Terminal LCC Kualalumpur tetap saja mempunyai kekuatiran yang sama tentang barang bawaan yang lebih. Yang penting besarnya jangan terlalu ekstrim. Karena bawa 10 Kg kapas dibanding dengan 10 Kg besi besarnya berbeda. Dapat dipastikan yang akan ditegur adalah yang membawa 10 Kg kapas dan bawa 10 Kg besi akan lolos. Walaupun bawa yang berat, usahakan santai di depan petugas. Kalau saja aku adalah orang yang banyak kelebihan uang ga apa-apa beli bagasi, tapi aku kan hanya seorang traveler murah. Alhamdulillah, di Terminal LCC KL lebih longgar asal tau timingnya.
Kalau ingin tau jadwal flight AA dari berbagai kota ke Yangon, bisa coba langsung akses website-nya di http://www.airasia.com/id/id/home.page
Ada kekuatiran ketika ada petugas AA memeriksa bobot dan besarnya back pack yang akan aku bawa masuk ke dalam cabin. Dia bertugas memeriksa dan memberi label identitas AA pada setiap tas. "Wah, berat bener nih Pak. Nanti timbang dulu ya". Katanya dengan sedikit tegas. Iya mas, jawabku. Aku tau peraturan AA hanya boleh bawa barang bawaan ke cabin maksimum 7 Kg saja. Tapi sering aku coba melanggarnya, selalu berhasil. Sampai dua kali ia mengingatkanku tentang hal ini. Aku tetap bilang, iya mas. Ketika semua penumpang sedang sibuk-sibuknya masuk pesawat dan dia sendiri sibuk menimbang kelebihan barang milik orang lain, aku berhasil menyelinap masuk ke dalam pesawat. Hhuuh ... sambil tarik nafas dalam-dalam. Tentu saja begitu, karena berat barangku hampir XX Kg. Jangan ikut-ikut seperti aku ya, karena biaya kelebihan bagasi sangat mahal taripnya.
Ketika di Terminal LCC Kualalumpur tetap saja mempunyai kekuatiran yang sama tentang barang bawaan yang lebih. Yang penting besarnya jangan terlalu ekstrim. Karena bawa 10 Kg kapas dibanding dengan 10 Kg besi besarnya berbeda. Dapat dipastikan yang akan ditegur adalah yang membawa 10 Kg kapas dan bawa 10 Kg besi akan lolos. Walaupun bawa yang berat, usahakan santai di depan petugas. Kalau saja aku adalah orang yang banyak kelebihan uang ga apa-apa beli bagasi, tapi aku kan hanya seorang traveler murah. Alhamdulillah, di Terminal LCC KL lebih longgar asal tau timingnya.
Ketika itu adalah tanggal 9 bulan Desember tahun 2013, pesawat landing mulus di Yangon International Airport yang kelihatan masih baru, simple, bersih dan tidak begitu padat. Sebelumnya pesawat tidak bisa parkir karena tempat parkir penuh, semua penumpang terpaksa harus menunggu di dalam pesawat hampir 20 menitan.
Keluar pesawat melalui belalai gajah, langsung ke imigrasi yang hanya memerlukan sedikit waktu untuk menyelesaikannya. Dan yang wajib kulakukan adalah ke money changer menukar uang US$ menjadi Kyats (baca : chets). Rate-nya waktu itu per 1 US$ dapat 978 Kyats http://www.xe.com/. Tampak di luar sana sudah terlihat namaku di signboard yang dibawa penjemput dari Guest House 'GH' Aung Si.
Bersama-sama penjemput, aku meluncur meninggalkan Airport menuju Kota Yangon yang memakan waktu 1,5 jam disaat jam kerja masuk kantor. Kalau di pagi atau malam hari yang sepi, cukup perlu 30 menit saja. Ini jemputan gratis dari guest house, kalau pake taksi setidaknya harus bayar 5000 Kyats tanpa argo.
AUNG SI GH MENUNGGUKU
Adalah Aung Si GH yang akan aku inapi melalui booking lewat email tanpa deposit. Letaknya masih di dalam kota Yangon, sekitar 1,5 km dari Sule Pagoda atau 1 km dari Stasiun Kereta Api. Di depan GH adalah jalan raya besar yang dilewati bus kota. Di bawahnya ada mini market milik orang lain. Sedangkan di bagian samping adalah pintu masuk GH, pintunya persis di muka pasar tradisional yang buka hampir seharian penuh.
Ketika check in, seperti biasa paspor diminta untuk didata. Aku tidak serahkan pasporku tapi hanya foto copy paspor yang lengkap dengan visanya. Setelah itu, aku diberi sebotol air mineral tanggung dan peta.
Pesananku adalah private room dengan kamar mandi di dalam, shower air panas / normal, AC, toiletary, free wify dan breakfast. Taripnya 20 US$ dengan waktu check out pukul 12:00. Crew GH sangat ramah yang terdiri dari anak-anak muda pria dan wanita, dibimbing oleh seorang bapak yang lebih senior. Beberapa crew mampu berbahasa Inggeris cukup baik dan siap membantu kita segalanya yang berkaitan dengan traveling.
Aku stay di situ cuma dua malam saja, karena sudah dapat GH baru yang lebih murah taripnya (15 US$) dan lokasinya lebih strategis. Breakfast di Aung Si GH berupa telur mau direbus, ceplok atau omelete juga bisa, beberapa pisang, coffee mix dan roti bakar dengan selai plus menteganya.
MENEMUI TIMNAS U23
Menurut jadwal Sea Games ke-27, pertandingan perdana sepakbola babak penyisihannya di Group B akan dilaksanakan di Yangon, sedangkan Group A di Ibukota negara Nay Pyi Taw. Timnas U23 masuk Group B.
Tau mengenai hal ini, aku langsung meluncur dengan taksi yang ga mau pake argo (90% taksi di Myanmar tanpa argo) menuju Hotel Yangon yang berada di sekitar Junction 8, jantung kota Yangon.
Tidak memerlukan waktu yang lama untuk menemui seluruh anggota Timnas merah putih. Aku langsung naik ke lantai 11 sesuai yang diinformasikan crew di lobby hotel. Ketika itu selepas makan siang, aku berhasil menemui mereka dan menyapa, "Halo Bro !" dan khusus yang dari Malang seperti Kurnia Mega juga Dendy Santoso, aku sapa dengan "Halo Sam". Yang artinya Mas (bahasa walikan Malang).
Baru saja mau mengabadikan mereka dengan kamera digitalku, kamera direbut oleh Dandy Santoso. "Sini Pak, biar saya yang fotoin. Supaya Bapak ada fotonya". Katanya. "Oh iya, terima kasih". Kataku, sambil menyampaikan semoga sukses di pertandingan perdana nanti.
Aku menunggu di lobby hotel untuk melepas Timnas naik bus menuju Stadion Thuwunna pukul 14.00 nanti, berarti hanya dua jam lagi. Aku bertemu dengan Manager Timnas, Bapak M. Chandra Solehan dan berkenalan dengannya. "Bapak dari mana ?". Tanyanya. Saya supporter dari Malang yang baru saja tiba di Yangon pagi tadi. Saya ingin menyaksikan langsung pertandingan perdana melawan Kamboja sore nanti. Saat itu aku sengaja ke hotel pake kaos Timnas berbalut baju batik yang aku lepas beberapa kancing atasnya. "Harusnya saya menggelar red carpet buat Bapak sebagai supporter". Katanya. Tanpa basa basi, langsung ia mengeluarkan tiket gratis buatku untuk dua pertandingan Timnas Vs Kamboja dan Myanmar Vs Timor Leste. "Wah surprise, terima kasih Pak. Sukses buat Timnas Pak". Kataku.
Para pemain Timnas pun mulai menaiki tangga bus menuju stadion. Dan aku melambaikan tangan buat mereka semua. Aku dan Pak Chandra berpisah dan ia berkata, "Sampai ketemu di stadion ya". Ok Pak, aku pun beranjak dari hotel dengan taksi menuju Stadion Thuwunna (5000 Kyats).
Di stadion sudah ramai oleh para supporter, penjual souvenir Sea Games dan aparat keamanan. Di situ aku bertemu dengan awak media dari tanah air yang akan meliput ajang Sea Games. Karena aku pakai kaos Timnas, mereka langsung menyapa "Halo Pak, dari kedutaan ya ?". Tanyanya. Bukan, saya supporter dari Malang mau lihat pertandingan perdana. "Wah, sendirian Pak". Tanyanya lagi. Iya sendiri. "Ok Pak, nanti kita ketemu lagi. Kita harus menyiapkan peralatan untuk meliput pertandingan ini". "Baik Mas", kataku sambil bilang "Sukses ya Mas".
Tiket yang diberikan Pak Chandra adalah kategori yang bagus, aku bisa duduk di mana saja yang aku mau. Tapi sebelum masuk ke dalam stadion tetap saja prosedur keamanan dilaksanakan oleh pihak Myanmar. Pertama masuk harus menunjukkan tiket dan disensor keasliannya, barang bawaan di-scanner dan diperiksa. Kemudian pemeriksaan badan setiap pengunjung. Air kemasan dalam botol dilarang dibawa masuk, tapi boleh dibawa masuk asal dituang dulu ke dalam plastik bening. Akhirnya aku memilih duduk dekat para awak media bekerja. Padahal masuk ke dalam area tersebut harus menggunakan kartu pers dari panita Sea Games. Tapi aku tidak dilarang sama sekali.
Mulanya hanya ngobrol-ngobrol biasa dengan jurnalis dari Jawa Pos, tapi besoknya anakku dari tanah air bilang kalo aku ada di Jawa Pos hari ini (10/12). Wah bisa-bisanya Jawa Pos ini, terima kasih ya.
Timnas berhasil menang tipis 1-0 melawan Kamboja. Aku pulang ke GH pake taksi dan ada orang Myanmar yang menyetop dan membantu menawarkan ongkos taksinya, aku tinggal naik aja (3000 Kyats). Thanks brother 4Ur help.
Mulai dari awal sampai kembali ke GH, aku tetap bangga terus mengenakan seragam Timnas yang ada gambar Garudanya di dada. Walaupun cuma aku aja yang make tapi tetap percaya diri di negeri orang.
Sopir taksi tidak tau betul letak Aung Si GH. Dia sempat turun dua kali untuk bertanya, dan aku ga boleh turun. Akhirnya Aung Si GH ketemu juga dan aku bayar 3000 Kyats, tapi dia menolak halus dengan rasa sungkan menerima Kyats-ku. Kata dia, "Uangnya sedikit sobek di bagian ujungnya". Aku bilang ini uang dari money changer airport. Ok .. ok .. segera aku tukar dengan Kyats yang lain. "Thank You". Katanya.
Saatnya istirahat pada hari pertama di Yangon ini. Untuk makan malam cukup nikmati beberapa potongan kue pemberian isteriku kemarin.
Sebagai kata penutup sebelum beranjak tidur, kupikir antara Myanmar dan Indonesia keduanya sama saja. Yang berbeda hanya bahasanya, uangnya dan benderanya aja.
Good night
Ketika check in, seperti biasa paspor diminta untuk didata. Aku tidak serahkan pasporku tapi hanya foto copy paspor yang lengkap dengan visanya. Setelah itu, aku diberi sebotol air mineral tanggung dan peta.
Pesananku adalah private room dengan kamar mandi di dalam, shower air panas / normal, AC, toiletary, free wify dan breakfast. Taripnya 20 US$ dengan waktu check out pukul 12:00. Crew GH sangat ramah yang terdiri dari anak-anak muda pria dan wanita, dibimbing oleh seorang bapak yang lebih senior. Beberapa crew mampu berbahasa Inggeris cukup baik dan siap membantu kita segalanya yang berkaitan dengan traveling.
Aku stay di situ cuma dua malam saja, karena sudah dapat GH baru yang lebih murah taripnya (15 US$) dan lokasinya lebih strategis. Breakfast di Aung Si GH berupa telur mau direbus, ceplok atau omelete juga bisa, beberapa pisang, coffee mix dan roti bakar dengan selai plus menteganya.
MENEMUI TIMNAS U23
Menurut jadwal Sea Games ke-27, pertandingan perdana sepakbola babak penyisihannya di Group B akan dilaksanakan di Yangon, sedangkan Group A di Ibukota negara Nay Pyi Taw. Timnas U23 masuk Group B.
Tau mengenai hal ini, aku langsung meluncur dengan taksi yang ga mau pake argo (90% taksi di Myanmar tanpa argo) menuju Hotel Yangon yang berada di sekitar Junction 8, jantung kota Yangon.
Tidak memerlukan waktu yang lama untuk menemui seluruh anggota Timnas merah putih. Aku langsung naik ke lantai 11 sesuai yang diinformasikan crew di lobby hotel. Ketika itu selepas makan siang, aku berhasil menemui mereka dan menyapa, "Halo Bro !" dan khusus yang dari Malang seperti Kurnia Mega juga Dendy Santoso, aku sapa dengan "Halo Sam". Yang artinya Mas (bahasa walikan Malang).
Baru saja mau mengabadikan mereka dengan kamera digitalku, kamera direbut oleh Dandy Santoso. "Sini Pak, biar saya yang fotoin. Supaya Bapak ada fotonya". Katanya. "Oh iya, terima kasih". Kataku, sambil menyampaikan semoga sukses di pertandingan perdana nanti.
Aku menunggu di lobby hotel untuk melepas Timnas naik bus menuju Stadion Thuwunna pukul 14.00 nanti, berarti hanya dua jam lagi. Aku bertemu dengan Manager Timnas, Bapak M. Chandra Solehan dan berkenalan dengannya. "Bapak dari mana ?". Tanyanya. Saya supporter dari Malang yang baru saja tiba di Yangon pagi tadi. Saya ingin menyaksikan langsung pertandingan perdana melawan Kamboja sore nanti. Saat itu aku sengaja ke hotel pake kaos Timnas berbalut baju batik yang aku lepas beberapa kancing atasnya. "Harusnya saya menggelar red carpet buat Bapak sebagai supporter". Katanya. Tanpa basa basi, langsung ia mengeluarkan tiket gratis buatku untuk dua pertandingan Timnas Vs Kamboja dan Myanmar Vs Timor Leste. "Wah surprise, terima kasih Pak. Sukses buat Timnas Pak". Kataku.
Para pemain Timnas pun mulai menaiki tangga bus menuju stadion. Dan aku melambaikan tangan buat mereka semua. Aku dan Pak Chandra berpisah dan ia berkata, "Sampai ketemu di stadion ya". Ok Pak, aku pun beranjak dari hotel dengan taksi menuju Stadion Thuwunna (5000 Kyats).
Di stadion sudah ramai oleh para supporter, penjual souvenir Sea Games dan aparat keamanan. Di situ aku bertemu dengan awak media dari tanah air yang akan meliput ajang Sea Games. Karena aku pakai kaos Timnas, mereka langsung menyapa "Halo Pak, dari kedutaan ya ?". Tanyanya. Bukan, saya supporter dari Malang mau lihat pertandingan perdana. "Wah, sendirian Pak". Tanyanya lagi. Iya sendiri. "Ok Pak, nanti kita ketemu lagi. Kita harus menyiapkan peralatan untuk meliput pertandingan ini". "Baik Mas", kataku sambil bilang "Sukses ya Mas".
Tiket yang diberikan Pak Chandra adalah kategori yang bagus, aku bisa duduk di mana saja yang aku mau. Tapi sebelum masuk ke dalam stadion tetap saja prosedur keamanan dilaksanakan oleh pihak Myanmar. Pertama masuk harus menunjukkan tiket dan disensor keasliannya, barang bawaan di-scanner dan diperiksa. Kemudian pemeriksaan badan setiap pengunjung. Air kemasan dalam botol dilarang dibawa masuk, tapi boleh dibawa masuk asal dituang dulu ke dalam plastik bening. Akhirnya aku memilih duduk dekat para awak media bekerja. Padahal masuk ke dalam area tersebut harus menggunakan kartu pers dari panita Sea Games. Tapi aku tidak dilarang sama sekali.
Mulanya hanya ngobrol-ngobrol biasa dengan jurnalis dari Jawa Pos, tapi besoknya anakku dari tanah air bilang kalo aku ada di Jawa Pos hari ini (10/12). Wah bisa-bisanya Jawa Pos ini, terima kasih ya.
Timnas berhasil menang tipis 1-0 melawan Kamboja. Aku pulang ke GH pake taksi dan ada orang Myanmar yang menyetop dan membantu menawarkan ongkos taksinya, aku tinggal naik aja (3000 Kyats). Thanks brother 4Ur help.
Mulai dari awal sampai kembali ke GH, aku tetap bangga terus mengenakan seragam Timnas yang ada gambar Garudanya di dada. Walaupun cuma aku aja yang make tapi tetap percaya diri di negeri orang.
Sopir taksi tidak tau betul letak Aung Si GH. Dia sempat turun dua kali untuk bertanya, dan aku ga boleh turun. Akhirnya Aung Si GH ketemu juga dan aku bayar 3000 Kyats, tapi dia menolak halus dengan rasa sungkan menerima Kyats-ku. Kata dia, "Uangnya sedikit sobek di bagian ujungnya". Aku bilang ini uang dari money changer airport. Ok .. ok .. segera aku tukar dengan Kyats yang lain. "Thank You". Katanya.
Saatnya istirahat pada hari pertama di Yangon ini. Untuk makan malam cukup nikmati beberapa potongan kue pemberian isteriku kemarin.
Sebagai kata penutup sebelum beranjak tidur, kupikir antara Myanmar dan Indonesia keduanya sama saja. Yang berbeda hanya bahasanya, uangnya dan benderanya aja.
Good night
Copyright© by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com
.
4 comments:
Sahmatku Rusdi, bravo dan terima kasih senantiasa berbagi cerita dan pengalamannya. Semoga senantiasa diberi kesehatan dan kemampuan untuk terus menjelajah berbagai negeri untuk menikmati karya Illahi: Muhibah to Muhasabah
Sahabatku Rusdi, bravo dan terima kasih senantiasa berbagi cerita dan pengalamannya. Semoga selalu diberi kesehatan dan kemampuan untuk menjelajah berbagai negeri untuk menikmati karya Illahi, Muhibah to Muhasabah
Alhamdulillah 'alaa kullihaal...
cerita perjalanan yang asyik, menarik dan simpel. banyak hal yg tak terduga terjadi. masha Allah.. btw, kok bisa ya Ammu jadi artis di koran Jawa Pos :).
ditunggu cerita kelanjutannya....
Alhamdulillah 'alaa kullihaal..
wah,, cerita perjalanan yang asyik dan menarik. Banyak hal yang tak terduga terjadi didalamnya. Masha Allah...
BTW, 'Ammu kok bisa ya jadi artis koran Jawa Pos.. pas lihat & baca koran, ketawa-ketawa sendiri dihatii.. ada arek Ngalam jalan-jalan ke Myanmar untuk jd Supporter TIMNAS. Setelah lihat fotonya... oaaaallaah.. Ammu Rusdi Bapaknya Si Bolang ^^
Ditunggu cerita kelanjutannya....
Post a Comment