BERAMAL LEWAT TULISAN

Tuesday 10 May 2016

MY TRAVELING MY STYLE, BANGKOK




GUYUB, bukan berarti harus selalu bersama, makan bersama, tidur bersama atau ke mana-mana dan apa-apa harus selalu bersama. GUYUB itu cukup sesekali bersama tetapi mereka selalu hadir di hati masing-masing. Yang penting quality time, sesekali bersama berkesan selamanya.


YANG DINANTI-NANTI DATANG JUGA

Rencana rekreasi bersama teman-teman bertetangga seperumahan sudah lama digagas. Tepatnya, paska meletusnya Gunung Kelud tahun 2014 yang lalu. Tetapi sudah selama itu baru bisa terealisasi sekarang, itu pun setengah dipaksa untuk menentukan waktu fix-nya dan meng-issued tiket pesawatnya.

Penyebab tertunda-tundanya jalan bareng tersebut, karena semuanya sibuk bekerja, lokasi kerjanya jauh-jauh dan bingung menentukan pilihan waktu termasuk menentukan destinasi yang dituju.

Akhirnya tiba juga waktunya, kami bisa jalan bareng sesuai yang diimpi-impikan. Iya, keputusannya adalah ke Bangkok selama lima hari.

Penerbangan yang diambil rute Juanda Surabaya - Don Mueang Bangkok. Ini semua terjadi karena jasa baik sahabat kami, Mas Andi Mbecak yang memberi hadiah tiket gratis pada kami. Beliau kebetulan profesinya sebagai Captain penerbang pesawat komersial kawasan Asia Tenggara.

Tiket gratis pp tersebut diberikan untuk kami ber-enam, termasuk beliau. Terima kasih sahabat, semoga kebaikan Mas Andi Mbcak dicatat dan dibalas Allah SWT. Aamiin YRA.

Konsep yang diusung dalam traveling ini adalah KEBERSAMAAN dan mewujudkan 'Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing'. Mendapatkan fasilitas premium dengan biaya yang rendah.

Ada sedikit hambatan dua minggu sebelum hari H. Yang pertama adalah masalah cuti beberapa teman yang 'harus diperjuangkan' di tempat kerjanya yang belum di acc. Yang kedua, justru Mas Andi Mbcak belum meng-issued tiketnya sendiri. Malah beliau terpaksa harus beda penerbangan dengan kami. Dari Surabaya - Don Mueang bisa sama-sama. Namun pulangnya beliau dapat Don Mueang - KL, kemudian KL - Surabaya. Seminggu sebelum hari H ada tambahan seorang teman lagi yang ikut bergabung. Namun beliau 'Mas Ayosukses' beli tiket sendiri dengan harga yang lumayan mahal. Rute yang beliau ambil juga sama dengan Mas Andi Mbcak, via KL.

Persiapan 'slowly but sure' sudah dimulai. Saking semangatnya kami menamakan group ini PJJJ 'Permata Jingga Jalan Jalan'. Kaos pun dibikin hanya kurang dari sehari, lengkap juga ada bannernya. Semua koordinasi kebanyakan lewat group WhatsApp. Masing-masing sudah tahu tugasnya, kita saling mendukung agar semua berjalan lancar.


SEMUA JADI MUDAH KARENA SAHABAT

Kebetulan ini waktunya long weekend. Tanggal 4, 5 dan 7, 8 di kalender merah warnanya, jadi yang 'kejepit' Jumat tgl 6 Mei. Terang saja situasinya jadi agak padat karena banyak orang yang holiday. Beruntung, kami sudah dapat hotel melalui booking online.

Alhamdulillah lewat rembukan kecil, kami berhasil memilih hotel dan menyusun itinirary sederhana sampai beres. Untuk hotel kami bagi dua, tiga malam di Bangkok dan semalam di Pattaya. Jadi semuanya empat malam, setiap anggota group dibebankan hanya 835 Ribu Rupiah. Padahal semuanya hotel 3 star ke atas.

Bertujuh, kami tetap saja mengumpulkan uang untuk keperluan bersama. Dan semuanya dipegang oleh seorang 'bendahara', Mas Abud. Jadi berat sama dipikul ringan sama dijinjing.

Pukul enam dua puluh pagi, kami berangkat dengan mobil Mas Huget menuju Bandara Juanda. Kami mampir ke Malang Strudel mengambil beberapa kudapan kekinian Kota Malang milik sahabat di daerah Song song - Singosari.

Urusan check in dan pemilihan seat 'yang strategis' semua dibantu oleh Mas Andi Mbcak yang kebetulan sudah standby di Kota Pahlawan sejak kemarin.

Ada aturan baru di Bandara Juanda T2 dilarang bawa tongsis ke dalam kabin pesawat. Karena aturan ini masih baru, kadang-kadang ada yang bisa lolos ada yang tidak. Tetapi kami tetap mencobanya membawa masuk. Alhamdulillah lolos. Ini rejeki anak sholeh. Sambil menunggu keberangkatan pesawat yang sedikit delay, kami ngopi-ngopi dulu di salah satu kedai Juanda Airport.

Karena sahabat kami banyak yang memiliki fasilitas ini dan itu, semua urusan jadi gampang. Misalnya saja, urusan penerbangan Mas Andi Mbcak yang handel. Urusan makan dan minum Mas Arjun yang eksekusi pakai kartu-kartu saktinya. Atau urusan kendaraan ke Juanda pp, Mas Huget dan Mas Ayosukses yang sediakan. Lalu Abi Dar Senior sebagai Pelindung. Sedangkan aku sendiri sebagai asisten utama bagian angkat-angkat koper dan ransel. Pokoknya semua free untuk team 'kaos orange' ini.


Di dalam pesawat menjadi heboh, karena semua kru dan pilotnya adalah rekan kerja Mas Andi Mbcak. Urusan makanan minuman jadi lancar dan kami bisa selfie bersama mbak-mbak yang manis di dalam kabin. Tidak ada satu pun dari kami yang wajahnya tidak cerah ceria hari ini. Berikut adalah nama-nama yang ikut ke Bangkok, Abi Dar, Arjun, Abud, Ayosukses, Aku, Huget dan Andi Mbcak. Dalam group ini semuanya sudah berkeluarga, punya anak bahkan sudah ada yang punya cucu. Tapi setiap dari mereka sering membuat keonaran, setiap kali suasana menjadi 'pecah'.


KEHEBOHAN DI BANGKOK DAN PATTAYA

Udara yang sangat cerah mengiringi pesawat Air Asia melantai di Landasan Don Mueang Bangkok. Antrian panjang mewarnai proses imigrasi masuk Negeri Gajah Putih ini. "Biasa permainan ...." kata Mang Saswi. Urusan tukar menukar uang dari US Dollar dan AUS Dollar ke Bath juga lancar-lancar aja.

Kami memilih kereta api ekonomi dari Don Mueang ke Hua Lamphong (Bangkok). Taripnya murah meriah hanya 20 Bath (8K). Kami bertujuh belum dapat tiket ketika kereta tiba di Stasiun Kereta Don Mueang. Tetapi kami ditolong oleh petugas jaga perlintasan yang meng-call dengan HTnya kalau ada tujuh penumpang akan ke Bangkok tapi belum ada tiketnya.  Sesaat saja kami dapat kabar, "Silakan naik, nanti bayar di atas" katanya. Alhamdulillah Allah memudahkan segala urusan kami. Ini rejeki anak sholeh.

Menyantap makanan halal dan hotel sudah aman. Kebetulan kami mengambil hotel sangat dekat dengan Stasiun Kereta Api Hua Lamphong. Jadi semuanya gampang, apalagi besok pagi (06.55) kami harus ke Pattaya dari stasiun tersebut.


Jelajah malam dijalani juga, padahal sudah pukul delapan. Tuk-tuk menjadi pilihan kami ke Asiatique yang bukanya sampai tengah malam. (Tuk-tuk @150 Bath, ber3 dan ber4). Sensasi naik tuk-tuk sangat menegangkan. Kecepatannya tinggi karena knalpot dan mesinnya pakai mobil punya. Meliuk-liuk di antara macetnya lalu lintas Bangkok sudah menjadi keahliannya. Awas anda akan dibawa terbang kalau nggak pegangan erat-erat. Meski bikin muka pucat tapi nggak pernah kapok naik moda transportasi yang satu ini. Alasannya cuma satu, unik murah dan selalu ada sensasinya.

Sangat ramai dan meriah di Asiatique. Kami semua mencoba naik Bianglala (flyer) yang sangat tinggi (@300 Bath). Uji adrenalin di atas ketinggian dan bergelantungan bergoyang-goyang menjadi tantangan tersendiri buat kami. Dari atas tampak lampu-lampu berkilauan dan perahu hilir mudik di Chao Phraya.

Aneka makanan dan minuman kami coba di sini, sambil menikmatinya di pinggiran Chao Phraya atau di Love Garden yang memiliki suasana romantis. Malam sudah larut, akhirnya tuk-tuk membawa kami pulang ke Hotel Hua Lamphong dan beristirahat isi tenaga buat penjelajahan berikutnya.


KATANYA, "PATTAYA SORGA DUNIA"

Tiket kereta untuk tujuh orang ke Pattaya sudah ada ditangan (@31 Bath). Sambil menunggu keberangkatan kereta semua jeprat jepret dulu di depan dereran tuk-tuk yang unik dekat Stasiun Hua Lamphong. Berikutnya, kopi dan roti menjadi santapan pertama kami di pagi hari ini.

Tidak kalah dengan di pesawat, di kereta api pun terjadi kehebohan juga. Hampir semua rekan menunjukkan 'kekonyolannya' masing-masing yang membuat suasana dalam perjalanan selama tiga jam ke Pattaya tidak membosankan.

Dengan songthew (350 Bath) kami dibawa ke Hotel Dvaree yang berada tepat di pinggir Jomtien Beach. Menempati hotel bintang empat tentu berbeda kenyamanannya dengan yang budget. Kedatangan kami menjadi pusat perhatian para tamu dan staf hotel. Pasalnya, kami datang dengan songthew (angkot) yang berhenti tepat di depan lobby hotel. Namanya juga PJJJ, semua orang juga tahu.

Perut perlu segera diisi, sebab sejak pagi tadi kami belum sempat makan yang berat-berat. Akhirnya kami dapat makanan di 7 eleven berupa box nasi plus seafood. Semuanya di masukkan dalam microwave supaya makanannya panas menggairahkan. Makannya di pinggiran pantai sambil ngobrol ngalor ngidul tertawa cekikikan.

Karena bawa uang yang 'cukup', pengeluaran 31 Bath untuk kereta api dari Bangkok ke Pattaya itu terlalu kecil buat kami. Sekarang gilirannya untuk balas dendam ngeluarin yang banyak. Habis ngopi pagi, sekarang ngopi lagi di coffee shop di halaman belakang Hotel Dvaree. Untuk ngopi disitu kami habiskan 1500 Bath (600K). Dasarrr..........


MY TRAVELING MY STYLE

Kami ini traveler A to Z, bisa main atas dan bisa main bawah. Ayo .... kutahu yang kau mau. Resmi bisa santai bisa. Kami selalu ingin dapat fasilitas batas atas dengan biaya batas bawah atau paling tidak biaya yang wajar. Itulah style traveling kami kali ini.

Swimming pool di lantai 5 hotel 4 stars Dvaree, kami manfaatkan beramai-ramai sambil menikmati Pattaya Sunset. Suasananya tetap saja selalu dibikin pecah. Beruntung kami stay di sekitar Jomtien Beach bukan di Pattaya-nya. Sebab di area Pattaya beach 'night life' nya bikin bulu kuduk merinding dan mata maunya melek terus. Di situ banyak yang erotis dan sensasional. Sedangkan kami ini orang-orang alim yang tidak mudah tergoda dengan hal seperti itu. Wuahahaha .....

Bukan Mas Abud kalau tidak sering bikin 'kehebohan'. Ketika semuanya berenang di lantai 5 Dvaree Hotel. Abud sengaja bawa kamera mini 'GoPro' anti air lengkap dengan sticknya. Kami semua diminta eksen di atas, di permukaan dan menyelam di bawah air. Sedangkan Abud menjepret dan merekam dengan GoPro-nya. Tetapi apa yang terjadi, setelah hampir dua jam eksen berbagai gaya. ternyata memorinya habis sejak awal tadi. Alhasil, semuanya tidak ada yang terekam alias sia-sia. Bodong semua. Padahal untuk eksen menyelam, Mas Ayosukses tidak sengaja sudah minum 'seliter' air di dasar kolam. Tapi dasar Abud, meski begitu dia tetap aja santai. Dia bilang, "Namanya juga ga sengaja". berlalu pergi sambil ketawa-ketawa.  

Kalau Mas Ayosukses lain lagi ceritanya. Dia senengnya makan cilok, pentol bakso yang dikasih saos. Di mana ada cilok dia pasti beli. Dia nggak pernah ngerepotin teman. Dia amat sangat baik hati pada setiap anggota group. Kalau dia beli cilok, semuanya kebagian dikasih satu satu. Dan dia rela wify-nya dibagi ke Group PJJJ. Tetapi istrinya berpesan, "Awas ya di sana jangan cukur jenggot dulu. Nanti kalau pulang aja dicukurnya".

Yang sering saling 'cekcok' adalah Abud dengan Huget. Mereka saling minta tolong difotoin. Keduanya tidak pernah merasa keberatan, sama-sama ikhlas. Tetapi hasil jepretannya yang sering bikin mereka 'cekcok'. Hasil jepretannya ada yang kepalanya terpotong, matanya merem atau badannya separuh dari atas sampai bawah. 


Kalau Mas Arjun sering nraktir dan Mas Andi sering menelpon istrinya karena beliau masih penganten baru. Sedangkan Aku dan Abi Dar senengnya ke masjid dan mengimami shalat berjamaah. Wuahahaha ......

Sebelum mampir ke Hardrock Cafe Pattaya, kami makan malam di daerah Muslim Sukumvit Pattaya 53. Mulai dari Soi 9 dst. ada banyak Muslim Food yang masakannya menggugah selera. Hampir tengah malam kami kembali masuk hotel pada saat angin pantai berhembus dingin menusuk tajam ke arah kami semua.

Check out di pagi hari dan langsung cari carteran mobil van 'mini bus' (4000 Bath). Tujuannya ke Nongnooch Botanical Garden (@800 Bath), Undersea 'sea world' (500 Bath) dan mampir sebentar ke Pattaya Beach, kemudian menuju Bangkok.

Perjalanan ke Bangkok selama dua jam melewati highway langsung menuju Masjid Jawa di daerah Surasak. Untuk sampai ke situ, perjalanan kami dipandu oleh GPS direction milik Mas Arjun. Dengan cara ini siapa pun bisa dengan mudah menemukan alamat yang dicari.

Shalat tahiyatul masjid dan Shalat Jama Qashar kami lakukan di masjid tertua di Bangkok ini yang didirikan orang-orang Jawa pada jaman Romusha yang dikirim ke sini untuk membangun jalan sampai ke Kamboja.

Tidak lupa kami memberi infaq pada setiap kotak sesuai peruntukkannya dan menyerahkan sajadah yang khusus kami bawa dari tanah air. Makan siang pun kami cari di dekat situ, di dalam gang-gang sempit yang padat di perkampungan sekitar Masjid Jawa.

Driver mobil sewaan sedikit ngomel karena kami dianggap terlalu lama. Hal seperti ini sering terjadi dengan berbagai alasan untuk mendapatkan uang tambahan. Misalnya saja menawarkan pijat, Thai girl, Tiger show atau entertain lainnya agar dapat tips dari pengelola. Atau beralasan bilang kalau ke situ tutup, atau kalau ke sana jalannya macet. Ada kalanya mereka suka cari enaknya sendiri. Untung saja biayanya belum kami bayar semua. Sehingga kalau dia tidak memberi service yang baik, tentu kami akan memperhitungkannya. 


Baiyoke Suite Hotel menjadi jujukan kami yang telah dibooking online tiga hari sebelumnya. Daerah ramai di tengah kota memudahkan mobilitas kami ke sana ke mari. Daerah ini merupakan salah satu tempat surga berbelanja murah di Bangkok selain di MBK atau di Chatu Chak. Pratu nam Market dan Platinum adalah diantara tempat surga belanja lainnya untuk oleh-oleh atau dijual lagi. Banyak orang sengaja bawa koper kosong dan pulangnya diisi penuh barang dagangan. Siang dan malam daerah ini tidak ada matinya. Pelaku bisnis di sini juga heterogen berasal dari berbagai negara.

Fasilitas hotel di lantai 33 selalu kami manfaatkan, misalnya bus shuttle gratis ke beberapa destinasi seperti Siam, Airport Link atau ke Chatu Chak. Naiknya dari Baiyoke Sky Hotel. Caranya cukup menunjukkan kartu kunci masuk pada petugas shuttle bus.

Kolaborasi biaya rendah dan biaya tinggi sangat mewarnai traveling kami, demi kebersamaan untuk mendapatkan kepuasan merata. Sifat ego masing-masing dibuang jauh-jauh meski dalam group ini ada rekan yang sama sekali belum pernah ke Bangkok. Kalau pasokan dana sudah menipis, masing-masing menyuntiknya lagi ke bendahara.

Menjelang senja sore kami booking one day tour untuk esok hari. Di antaranya ke Madame Tussaud, lintasan kereta api di pasar unik Maeklong, floating market, Golden Palace, Wat Pho dan Wat Arun menyebrangi Chao Phraya.

Setelah itu kami mampir ke Siam Paragon dan ke Khao san road dengan Sky train (ke Nasional Stadium @15 Bath) plus tuk-tuk (150 Bath). Malamnya shopping tipis-tipis di sekitar Baiyoke Suite Hotel di Soi 130 Ratchaprarop1-Ratchathewi.

Aduuuuh ... kadang-kadang cari tempat sampah susah sekali. Potongan sampah terpaksa harus dibawa dan dipegang kesana kemari sampai ketemu tempatnya. Contohnya membuang botol bekas air mineral saja susah. Padahal kami sangat banyak mengkonsumsi air mineral karena udara Bangkok & Pattaya yang benar-benar panas hingga 37°C.

Sinar mentari pagi menyapa kami di Sabtu ini. Mini van membawa kami ke perlintasan kereta api Maeklong, sekitar 70 km dari Bangkok. Iya benar, hanya menunggu kereta api lewat, melintas di tengah-tengah pasar tradisional yang ramai. Hal semacam ini merupakan satu-satunya ada di dunia.

Beberapa detik sebelum kereta lewat, semua tenda ditarik ke belakang. Kemudian ketika ekor gerbong terakhir lewat, semua tenda dikembalikan seperti semula, lalu mereka berjualan lagi.  Begitulah yang dilakukan setiap kali ada kereta yang lewat. Ini sepertinya cuma sepele saja. Tetapi obyek ini mereka kemas apik menjadi spot wisata yang mendatangkan devisa sangat besar buat negara. Para traveler mancanegara banyak membelanjakan uangnya hanya untuk melihat ini. Efeknya warga lokal mendapat berkah, hidup lebih sejahtera dari perputaran roda perekonomian. Jadwal kereta yang sering dimanfaatkan turis yaitu pada pukul 08.30 dan 11.10 pagi.

Setelah menyaksikan kehebohan Pasar Unik Maeklong, kami geser ke Damnoen Saduak Floating MarketYang satu ini juga tidak kalah uniknya. Kanal-kanal sungai kampung air adalah urat nadi kehidupan warga di Damnoen Saduak Ratchaburi. Mereka hidup menyatu dengan air untuk melayani kehidupan keluarganya sendiri dan tamunya. Bagi tamu ini adalah sebuah petualangan yang mengasyikan penuh sensasi karena bisa naik perahu motor kapasitas 6 orang menyusuri celah-celah kanal yang sempit.

Berbeda dengan pasar terapung di Banjarmasin yang aktifitasnya hanya di sebuah titik saja yakni pada sungai yang besar. Di Damnoen, banyak kanal kecil yang bisa dilewati boat. Kanalnya menyerupai gang-gang yang terendam air. Kami bisa minta mampir di setiap warung pinggirannya yang menjual souvenir, makanan minuman, buah-buahan atau berhenti di beberapa pasar tradisional. Perahu motor satu sama lain bisa berpapasan pada jalur kanal di perkampungan ini. Perahu-perahu dipakai warga lokal untuk  menjual aneka buah, rujak, pad Thai, es krim atau apa saja sama seperti yang ada di jalanan.

Mini van kembali ke Bangkok menuju rumah makan dekat Khao san rd. Restoran Halal Sara yang juga menyediakan pizza milik orang Palestina. Kami pesan tom yam, omellete dan cah kangkung. Sebagai pelengkap, kami juga pesan pizza ukuran besar untuk 'camilan' bersama di jalan. Shalat Dhuhur dan Ashar kami tunaikan di Masjid Chakrapong di ujung barat Khao san rd, lalu 50 meter ke utara.

Tour dilanjutkan ke Golden Palace, Wat Pho (@100 Bath plus air mineral), Wat Arun (boat @3 Bath), ke Madame Tussaud yang ada di lantai 9 Siam Center dan MBK 'Mak Bong Krang'.

Madame Tussaud Bangkok (@800 Bath) yang buka mulai pukul 9 pagi hingga 9 malam terus ditingkatkan performa dan kualitasnya agar pengunjungnya happy. Puluhan patung lilin, studio dan cinema menjadi konten Madame Tussaud Bangkok ini.


KALAP SHOPING

Tidak kusangka, Thailand khususnya di Bangkok terus diserbu pelancong dari Indonesia. Hampir setiap hari kami bertemu dengan warga sebangsa setanah air. Ya, tujuannya rekreasi sambil borong belanjaan yang mereka anggap murah dan kualitasnya bagus.

Hari menjelang senja, penjelajahan dilanjutkan belanja masing-masing di MBK dan di depan Baiyoke Suite Hotel. Semua mulai mencicil belanjaan sejak kemarin untuk dipakai sendiri, untuk oleh-oleh buat kerabat dan keluarga. Sampai menjelang pulang di hari terakhir, masih saja teman-teman memanfaatkan waktunya untuk shoping.


Bolak-balik ke mall dan hotel terus berlangsung. Semuanya kalap shoping. Barang yang dicari harus ada label 'Made in Thailand' nya supaya kelihatan asli dari Thailand. Tangan kiri dan kanan penuh dengan barang tentengan. Koper dan tas juga sudah penuh berisi barang belanjaan. Malah backpack-ku yang kosong menjadi sasaran diisi titipan barang-barang temanku. Ya ga pa pa asal nanti kecipratan oleh-olehnya. 

Hari pembalasan telah tiba, yang semula Abud sering ngerjaiin kami. Kini giliran dia yang kena batunya harus merekap pemasukan dan pengeluaran selama di Bangkok dan Pattaya. Kadang-kadang dia bingung dengan kurs-nya. Sebab teman-teman ada yang bayar pakai Rupiah, US Dollar, Bath dan AU Dollar. Beberapa teman satu group dimintai tolong menghitungkan pakai kalkulator HP, sebab dia kurang yakin dengan hitungannya sendiri. Untuk merekap yang satu ini, dia rela begadang sampai pagi. Rasain Loe .... 

Di hari terakhir ini masing-masing saling mencari temannya sendiri, "Hei, si Abud ke mana ? Huget ke mana ?". Hampir semuanya menghilang 'Lost in Bangkok' karena semuanya kalap shoping. Untung saja semuanya 'wonder man', coba kalau ada 'wonder woman' nya dijamin pasti bakal ketinggalan pesawat.    

Sampai juga di penghujung hari di Bangkok. Kami kembali terbang ke Surabaya dari Don Mueang Airport setelah menikmati makan siang di kedai halal food gate 24.

Akhirnya semua dari kami hanya bisa berkata, "Terima kasih, mohon maaf kalau ada yang salah dalam traveling ini. Semoga bisa kumpul lagi di traveling berikutnya".




     Copyright© by RUSDI ZULKARNAIN 

4 comments:

abud said...

Travelling kocak.....
Hahahaha...... aku ra popo..... pokoknya kalo dibully trus marah ato nggondok.... berarti "dolane kurang adoh dan gak tau adus kali"....
Btw... terima kasih kebersamaannya.... sampai jumpa di travelling berikutnya..... Raja Ampat....

Anonymous said...

kalo jalan2 lagi bikin youtube channel trus nge vlog dong pak.. pasti keren.

seratusnegara said...

Pingin sih nge vlog tp apa enak dilihat berumur setua ini. Hhe

Unknown said...

Mantab pak rusdi... (y)
MasyaAllah...