BERAMAL LEWAT TULISAN

Saturday 12 February 2022

JELAJAH POSONG & PUNCAK BOTORONO DI TEMANGGUNG

Kami tiba di Kota Temanggung hampir masuk waktu shubuh. Berarti perjalanan dari Malang dengan Bus Handoyo memakan waktu sekitar 9 jam (tiket Malang - Temanggung, 140 K).

Bus berhenti di seberang Pom Bensin. SPBU tersebut letaknya kebetulan pas di sebelah hotel yang akan kami inapi yakni Hotel Indraloka. Padahal sebelumnya aku mengira tidak bisa turun di luar Terminal Madureso, makanya aku bilang nanti turunnya di Terminal Temanggung nggih. Ternyata bus tidak masuk terminal, bagi penumpang yang ingin turun di terminal sebagai gantinya diturunkan di seberang SPBU (sekitar 100 meteran dari terminal). Kebeneran diturunkan disitu, Hotel Indraloka lokasinya persis di sebelah SPBU, alhamdulillah malah lebih dekat.

Alhamdulillah nya lagi, check in hotel boleh di waktu Shubuh. Padahal pada umumnya minimal pukul 12 siang. Apalagi hotel yang booking-nya online, biasanya check in pukul 1 atau 2 siang.

Singkat cerita, Indraloka hotelnya bagus. Sebelumnya hotel ini adalah yang terbaik di Temanggung. Tapi sekarang sudah ada hotel yang lebih baru lagi. Aku ambil tarip yang 299 K. Harga segitu aku sudah dapat semuanya termasuk breakfast dan amenities di dalam kamar.

Karena boleh check in di waktu Shubuh, alhasil aku bersama istri dapat sarapan dua kali, pagi ini dan esok pagi. Hebatnya lagi, bayarnya ketika check out berarti tanpa deposit. Pas selesai bermalam, aku bayar 300 K dan diberi kembalian Seribu Rupiah. "Mumpung ada Pak", katanya. Itu merupakan keistimewaan Hotel Indraloka dalam melayani tamunya.



Kami eksplor Temanggung ga banyak², sekedar hanya ingin tau aja. Karena sebelumnya sama sekali tidak tau tentang Temanggung. Yang kami eksplor adalah Terminal Bus Madureso, kuliner di Taman Kartini, Alun² Temanggung, Pasar, Tugu 0 Kilometer, Bakso Lombok Uleg Pak Di, Masjid Agung dan bekas Stasiun Kereta Api.

Kami sempatkan juga ke Parakan melihat pasarnya, bekas Stasiun Kereta Api dan menikmati kulinerannya. Bus kecil dari Temanggung ke Parakan ongkosnya 5 ribuan. Kalau angkot dari Hotel Indraloka ke pusat Kota Temanggung 3 K.

Cuma sehari semalam kami stay di Temanggung. Esoknya, sebelum waktu Shalat Jumat kami meluncur ke Posong pakai bus mini pintu dua jurusan Magelang - Wonosobo, tepatnya ke Casa Homestay di Desa Tlahab Tempel Donowareh. Aku booking lewat nomor WhatsApp Homestay yang kudapat dari Google Maps.


Aku memberitahu owner homestay kalau kami sedang otw ke TKP. Tidak sampai satu jam kami diturunkan kernet bus di Desa Tlahab tepat di seberang Casa Homestay. Aku ga tahu dimana lokasinya karena ga ada signboard-nya. Dari seberang jalan tampak seorang mama muda melambaikan tangan memberi kode kalau ini homestay-nya. Ga taunya Mbak Ike (nama owner) telah menunggu kedatangan kami sejak tadi di depan rumahnya.

Homestay nya rekomendit banget. Luas, bersih, fasilitas lengkap dan dekat kemana². Nilai plusnya adalah owner nya baik hati dan homestay-nya menghadap view Gunung Sumbing. Luar biasa alhamdulillah beruntung bisa stay disini.

Aku menyewa sepeda motor manual (bukan matic) untuk menjelajahi medan yang ekstrim terutama ke Botorono. Harga sewanya, Mbak Ike ga bisa menentukan berapa. Akhirnya aku bayar sekitar 75 ribuan dan bensin kuisi penuh sebelum dikembalikan.

Di sela² keakraban kami, istriku mengajari Mbak Ike bikin roti mariyam. Mbak Ike membeli bahannya sesuai yang diminta istriku. Dari awal sampai akhir tahapannya sudah istriku ajari. Semoga aja Mbak Ike bisa usaha roti mariyam di daerahnya.

Udara dingin di malam hari disini lumayan menusuk tubuh. Kalau aku sih masih biasa² aja, tapi istriku ga kuat hawa dingin. Untung ada selimut tebal yang sudah disiapkan Mbak Ike. Malah dia bilang, "Kalo masih kedinginan saya tambah lagi ya selimutnya."

Di awal pagi sekitar pukul 6, setelah minum teh panas kami meluncur dengan sepeda motor sewaan menuju tempat Wisata Posong yang pintu gerbangnya ga jauh dari homestay nya Mbak Ike. Melintasi jalan berbatu yang tertata rapi, kami terus naik ke Posong yang jaraknya sekitar 3 km dari pintu gerbang.

Di sepanjang trek menuju Posong kami disuguhi pemandangan spektakuler. Tampak Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang indah menghiasi alam sangat mempesona kami berdua. Ditambah lagi ladang berbagai macam tanaman seperti kopi, kubis, brokoli dan lainnya ikut menampilkan keindahannya.

Akhirnya tiba juga di Wisata Alam Posong. Meski masih pagi, tapi sudah banyak pengunjung yang lebih dulu ada disana. Mereka itu adalah yang menginap di tenda² glamping. Di depan tendanya mereka masak sendiri menyeduh teh/kopi, bakar jagung dan bakar²an lainnya.

Seiring berjalannya waktu satu persatu pengunjung mulai berdatangan, ada yang perorangan atau grup. Apabila ingin menikmati kulineran di Posong tersedia resto, tinggal panggil petugas mau pesan apa yang tertera di kartu menu. Lantas mau diantar ke gazebo yang mana aja juga bisa, semuanya tinggal bilang ke petugas. Ingin eksplor dulu baru makan atau makan dulu baru eksplor itu terserah kita.

Penataan taman yang indah disesuaikan dengan kontur tanah sangat menarik para pengunjung. Latar belakangnya Gunung Sindoro dan di depannya Gunung Sumbing, memandang ke arah mana saja semuanya indah mempesona.

Tenda² glamping, kursi² di taman, spot untuk foto, resto, trek antar taman, tulisan sangat besar "POSONG" dan toilet melengkapi tempat wisata ini.



Tak perlu dipungkiri lagi Wisata Posong memang indah, sejuk dingin, yang hijau² bikin mata jadi adem. Apalagi bersantai sambil menikmati kulinerannya dan minum kopi panas asal Temanggung, hhmm bakal lupa segalanya.

Aku ga tau pasti berapa tiket masuk plus parkirnya, sebab aku datang sebelum loket buka. Datang kemari sebaiknya jangan saat weekend, karena kuatir pengunjungnya membludak. Musim penghujan juga bakal membatasi aktivitas dan kesempurnaan view alam sekitar Posong. Jangan lupa bawa jaket biar ga kedinginan di Posong.

Puas menikmati Posong kami bergeser ke tempat Wisata Botorono di Petarangan. Dari Posong tinggal belok ke kanan arah parakan. Jaraknya juga tidak terlalu jauh untuk lanjut kesana. Ada tulisan super besar "BOTORONO" di atas bukit yang tampak jelas dari jalan raya.

Setelah melewati Jembatan Sigandul berarti sudah tidak terlalu jauh dari situ. Masuknya di sebelah kanan jalan arah Parakan yang tulisannya "Botorono <<1km". Di dekat gapura ada pangkalan ojek yang dapat membantu jika pengunjung tidak membawa kendaraan untuk menuju ke TKP.

Sepeda motor manual yang kusewa menanjak terus hingga pos/tempat parkir. Disamping sebagai tempat parkir sepeda motor, di situ juga sebagai pangkalan ojek dengan motor² yang kuat menanjak.


Motor bebek matic sangat berbahaya kalau dipakai ke Puncak Botorono yang berada di kaki Gunung Sumbing ini. Aku ditawari mau pakai ojek atau naik sendiri ? Saya akan coba naik sendiri, kataku. "Hati² ya pak." mereka serempak berteriak kepada kami.

Persneleng 1 terpaksa kupakai sampai puncak. Otomatis bunyinya meraung². Hampir saja motorku gagal naik. Mau ga mau istriku harus turun dulu dan harus jalan kaki meski ga jauh. Setelah motor kutahan agar tidak meluncur ke jurang,  posisinya kuatur lagi posisinya agar aman dan istriku bisa naik lagi sama² menuju puncak.

Alhamdulillah, akhirnya kami berdua selamat sampai di puncak. Selanjutnya siap² menapaki anak tangga batu setapak demi setapak hingga mencapai gardu pandang Puncak Botorono.

Di puncak bukit hati terasa lega, karena berhasil dan perlu perjuangan menuju kesini. Sebenarnya ada beberapa pilihan menuju puncak, pertama dari parkiran lakukan hiking tanjakan tajam, yang kedua pakai ojek ongkosnya naik 10 ribu/turun 5 ribu dan yang ketiga bawa motor sendiri sampai atas. Monggo dipilih mana yang kita suka.

Dari gardu pandang kami bersama² dapat menyaksikan panorama indah 360°. Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Posong, Jembatan Sigandul dan perkampungan mirip di Nepal. Susah payah menuju Botorono terbayar lunas dengan suguhan salah satu keindahan alam Indonesia di Kabupaten Temanggung.

Kuatir kabut datang bahkan hujan, kami buru² turun super hati² karena jalannya curam melewati rute yang sama. Sampai di pos, kami memberi salam kepada para ojekers. Mereka pun serempak berteriak, "Selamat Pak... hati² nggih."

Kembali menuju homestay, kami sempatkan melewati jembatan lama Sigandul. Di situ aku mengabadikan jembatan baru yang penyangganya melengkung indah.

Sampai jumpa Posong & Botorono yang membawa kenangan indah yang mustahil bakal kulupakan.

I ❤️ Beautiful Indonesia


Copyright@by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com

No comments: