BERAMAL LEWAT TULISAN

Wednesday 2 November 2016

IRAN DILUAR DUGAANKU



Aku tidak mau tau tentang Syiah. Perjalananku ke Iran semata-mata hanya untuk menikmati dan mensyukuri ciptaan Illahi yang bertebaran ada di mana-mana. Hampir semua ciptaanNya sangat menakjubkan. Dan aku tidak pernah mau peduli itu ada di mana dan akan berhadapan dengan siapa, yang penting kuingin jelajahi buminya Allah. Titik.


Tidak cukup percaya mendengar cerita orang tentang Iran. Aku akan buktikan sendiri, bagaimana kehidupan sosial, beragama, keindahan alam dan budayanya. Iya, harus kubuktikan dengan mata kepala sendiri.

Berikut adalah sekilas tentang Iran. Negeri ini termasuk salah satu negara di Timur Tengah, tepatnya di Asia Barat Daya, yang biasa juga disebut Persia. Kalau Malaysia mempunyai bahasa resmi Melayu dan Indonesia mempunyai bahasa resmi Bahasa Indonesia. Maka Iran bahasa resminya Bahasa Persia.

Negara yang beribukota Tehran ini, terkenal pula dengan sebutan negara para Mullah. Pimpinannya seorang Presiden Republik Islam saat ini yang bernama Hassan Rouhani. Mata uangnya Rial Iran (IRR), yang kursnya 1 Rial setara dengan 0,423 Rp. atau 1 Rp. setara 2,362 Rial Iran (IRR) atau saat ini 1 US$ setara 35.700 Rial. Dan satu istilah lagi yang dinamakan Toman. 10 Rial = 1 Toman (cuma sebutan saja, untuk menghilangkan angka 0 di belakang).


Negeri ini berbatasan langsung dengan tujuh negara tetangga, Turki, Pakistan, Irak, Armenia, Azerbaijan, Turkmenistan dan Afghanistan.

Jumlah penduduknya hampir 80 Jutaan. Bentuk negara dari beberapa kekaisaran hingga yang terakhir  berbentuk Republik Islam. Perbedaan waktu dengan Indonesia Bagian Barat sekitar 4 jam 30 menit.

Hampir banyak orang tahu tentang negeri ini karena sering jadi pembicaraan di dunia internasional. Karena isu nuklirnya, minyaknya, revolusinya, perangnya dengan Irak, sandera kedutaan, serta negeri yang paling berseteru dengan Amerika dan sekutunya. Meski pernah lama diembargo ketat oleh Barat, negeri ini malah jadi lebih mandiri dan tumbuh kuat mencengangkan dunia.


AWAL KEBERANGKATAN

Sebulan menjelang berangkat ke Aceh, Kualalumpur 'KL' dan Iran, aku belum pegang uang sama sekali. Padahal itu modal yang sangat penting buat perjalananku. Meski sudah pegang tiket (pp) lengkap, traveling ini bakal kubatalkan kalau seminggu sebelum berangkat masih tidak ada uang yang kupegang.

Seperti banyak trip sebelumnya, menjelang keberangkatan tiketku dari KL ke Surabaya ada perubahan. Jamnya berubah maju hampir tujuh jam, semula pukul 19.50 menjadi pukul 13.00. Padahal pesawatku dari Tehran tiba di KL pukul 12.45 dan itu bukan flight thru dari Tehran ke Surabaya. Akhirnya, kupilih opsi full refund untuk jaga -jaga kalau batal karena tidak ada uang sangunya, tapi tiket sudah kuamankan sehingga tidak hangus begitu saja.

Rencana perjalananku semula hanya ke Aceh via KL. Lalu karena ada promo destinasi Iran, maka kutambah di akhir rencana semula. Akibatnya, tiket KL to Surabaya bareng my honey jadi hangus. Karena dia pulang duluan. Beruntung hangusnya hanya 200 ribuan aja.

Setelah dua minggu jalan bareng istri di Aceh, kini saatnya berpisah. Istriku balik ke Malang sedangkan besoknya aku terbang ke Tehran Iran.

Sewaktu mengantarnya ke KLIA2 'Kualalumpur International Airport-2', surprise aku bertemu sahabat lama yang telah berteman empat tahun lalu di sosmed.

Dialah Arip Hidayat seorang backpacker aktif yang tergabung dalam komunitas Backpacker Dunia. Karena kutahu dia balik ke Kualalumpur dari Tehran hari ini, maka kucoba kirim pesan lewat messenger.

Alhamdulillah, kami bisa ketemuan dan mengajaknya stay semalam di guesthouse sekitaran Chinatown. Dan esok petangnya kami pergi bersama menuju KLIA2, lalu berpisah, dia ke Nepal sedangkan aku ke Tehran, Iran.

Allah mempertemukanku dengannya di saat yang tepat. Aku perlu beberapa informasi tentang Iran. Pertama aku diberi Sim Card Iran Cell bekas Arip pakai. Nanti di Iran tinggal isi pulsa aja. Karena untuk mendapatkan kartu perdana cukup sulit prosesnya (copy paspor, cap jempol dan harus belajar cara pakainya). Yang kedua aku diberi Arip cukup informasi tentang akses Facebook yang diblok pemerintah Iran. Lalu cukup dengan aplikasi VPN Master, maka blokir bisa dibuka (nyatanya tetap sulit sering putus atau loading terus). Dan informasi dari Arip lainnya tentang akomodasi, biaya dan spot apa saja yang perlu dikunjungi.



AKHIRNYA TIBA JUGA

Ketika tiba di Imam Khomeini International Airport 'IKA' yang berada 30 km atau 19 mil barat daya Kota Tehran. Jalurnya sama ke Qom, Kashan atau Esfahan. Tengah malam itu, yang antri buat Visa Arrival banyak juga.

Imam Khameini Airport
Sebelum mendarat, Airasia X memberi meal satu kali, berupa pizza plus sebotol air mineral. Sedangkan baliknya, berangkat diberi nasi ayam kebab dan sebelum mendarat dapat pizza seperti sebelum landing yang lalu. Terbang dari KLIA2 to Tehran hampir 8 jam lamanya. Perbedaan waktu dengan Indonesia bagian Barat, 4 1/2 jam. Ketika akan mendarat diumumkam dilarang membawa masuk minuman beralkohol.

Proses Visa on Arrival  'VOA', kuserahkan paspor pada petugas yang kebetulan sedang berada di luar loket dan menyapa kami, "Oh, sini-sini, dari Indonesia ya." Aku pun harus menunggu namaku dipanggil. Bayar di loket 51 USD, lalu ambil paspornya. Dan bayar asuransi 16 USD di loket yang lain. Setiap negara dikenakan biaya VOA yang berbeda-beda. Ada negara yang harus bayar 100 Euro (semua tarip resmi). Negara jiran Malaysia justru bebas visa, jadi cuma distempel (cop) masuk saja.

Setelah turun dari lantai dua dan keluar dari terminal kedatangan, aku harus tukar uang dulu untuk keperluan selama di Iran. Money changer ada di lantai dua tetapi masih di dalam terminal kedatangan. 1 USD = 35.700 Rial. Tukar USD di Airport kursnya lebih tinggi dibanding di kota. Tetapi terjadi sebaiknya di Kualalumpur, di kota lebih baik kursnya dibanding dengan airport. Uang sobek, lusuh atau berisolasi tetap laku di Iran. ATM domestik ada, tetapi kartu kredit tidak tersedia, semua harus bayar cash.

Langkah berikutnya, beli SIM Card yang kiosnya ada di lantai bawah. Iran cell yang paling baik. Aku cuma top up aja 150.000 Rial untuk internet 5GB. Cukuplah segitu untuk internetan seperti browsing, WA atau instagram bahkan facebook-an meski sering putus pakai VPN Master. Disamping WA, orang Iran lebih suka Telegram. Tampak dimana-mana, semua orang pakai gadget, mulai yang sederhana sampai yang terbaru.

Cukup menyita waktu untuk urusan buat VOA, tukar uang dan SIM card ini. Aku dapat teman asal Hongkong. Tong, namanya. Mulanya aku hanya say hello dengannya di atas pesawat. Akhirnya dia menjadi travelmate-ku selama dua hari di tehran. Kami berdua menunggu waktu pagi di Bandara Khomeini. 

Sambil nongkrong di KIA, aku perhatikan banyak para penjemput teman sahabat atau family di bandara yang datang tidak sendiri. Mereka membawa seikat bunga dan memberikan pada saudaranya ketika keluar dari ruang kedatangan. Romantisnya ...

Akhirnya, ada pemuda Iran lulusan PhD Amerika yang sedang menjemput ayahnya, menawarkan kami ke kota dengan mobilnya. Pemuda baik hati ini mengantarkan kami sampai dekat Azadi Tower. Dekat situ ada BRT yang lewat Sabalan untuk menuju Tehran Hostel. Thanks Omi atas tumpangannya.


TEHRAN

Tehran, kotanya padat dan sibuk sekali seperti Jakarta. Rumah-rumah warga tertata cukup rapi, baik dan sangat baik. Tidak terlihat sama sekali kalau negeri ini diembargo negara-negara pro Amerika. Perbedaannya, tidak ada gedung-gedung pencakar langit seperti di Jakarta.

AZADI TOWER
Banyak kaum wanita yang bekerja dari malam hingga pagi di Bandara Imam Khamenei. Ada pula yang bekerja di perkantoran, museum, hotel, militer, spot wisata atau pada toko-toko tertentu. Di sini wanita juga diperbolehan menyetir mobil sendiri. Pakaiannya dominan tertutup warna hitam tetapi nyaman dilihat karena sedikit modis modelnya. Toleransi emansipasi antara pria wanita terjadi cukup tinggi. Dan kaum prianya sangat menjunjung tinggi martabat wanita.

Para wanita Iran kalau di luar negaranya bebas, mau pakai jilbab atau tidak. Tetapi ketika pesawat mendarat semuanya buru-buru pakai kerudung sekenanya. Karena kalau tidak, ada sanksinya. Pria muda asing dan bule sangat digandrungi wanita-wanita cantik Iran. Kata orang, kalau ada sebelas wanita Iran, maka yang cantik ada tiga belas.



Aku hampir tidak pernah ketemu nasi. Tiap hari makannya velafel bundar seperti perkedel, burger, sambosa isi kentang atau bagget (roti panjang). Jadi untuk menjaga stamina tubuh, aku sering minum juice aneka buah seperti jeruk, wortel, delima, mangga, pear atau melon. Harga rata-rata per gelas 2.000-5.000 Toman. Makanan pagi biasanya makan roti yang di oven (nan). Ukurannya besar, ada yang seperti papan scateboard atau lembaran tipis-tipis. Makanan di Iran lebih cenderung rasanya masam jeruk atau tomat. Seperti kalau di Yogja rasanya manis atau di Padang rasanya pedas. Tetapi masih lezatan masakan negeri sendiri dong.


BRT 'Trans Jakartanya Tehran', di dalam bus ini penumpang wanitanya dipisah, begitu juga ketika jalur antriannya. Hal yang sama terjadi juga pada Metro 'subway'Metro ada 5 line. Metro dan BRT semua pakai e-card ezpay. Kalau BRT sekali touch ketika antri di halte saja. Sedangkan pakai metro, dua kali touch, ketika masuk stasiun dan keluar stasiun. BRT hampir semuanya model bus couple (gandeng). Taksi semuanya tanpa argo, jadi harus tawar menawar. Antara taksi resmi dan tak resmi (omprengan/share taxi) sangat akur. 

Dari Stasiun Azadi, BRT membawa kami sampai di Stasiun Sabalan. BRT penuh sesak karena jam kantor. Apalagi kami bawa backpack, urusannya jadi sedikit repot. Sambil tanya-tanya, akhirnya ketemu juga tuh yang namanya Tehran Hostel yang sudah aku booking sebelumnya. Itu juga karena bantuan tumpangan warga Iran yang menemukan alamatnya.

Tehran Hostel nggak ada papan namanya, cuma ada nomornya saja, 57. Karena berada di kawasan pemukiman cukup elit di Tehran, jadi kamar dormnya lebih mahal dibanding dengan dorm kota lainnya.

Tarip kamar dorm Tehran Hostel di daerah Sabalan ini, 12.5 Euro, 14 USD atau 500.000 Rial. Dari BRT Sabalan line 1, jaraknya kira-kira 400 meter. Ada sarapan gratis tetapi self service atau mau kapan saja buat makanan minuman sendiri juga bisa. Closet kamar mandinya kebanyakan model jongkok dan sedikit yang duduk. Listriknya sama persis dengan Indonesia 220V dan colokannya sama. Tap air dan toilet umum juga gratis dimana-mana.

Selama di Tehran, aku pakai e-card ezpay untuk naik BRT dan Metro. Aku sengaja kuasai hal yang satu ini untuk lebih mudah mengenali Kota Tehran. Ke Azadi Tower, Bazaar, Golestan Palace, ex Kedubes AS, museum atau tempat tempat lainnya adalah lokasi yang sering aku blusuki.

Tentang Tehran lainnya yang kuamati, adalah jumlah penduduk Tehran yang sembilan jutaan orang. Warganya mapan. Tampak tidak ada tanda-tanda kemiskinan. Pria wanitanya termasuk kaum tuanya berpakaian modis. Wajah wanita dan prianya mirip postur dan berwajah Eropa Turki. Semua wanita termasuk turis wajib pakai jilbab atau kerudung meski dipakai dengan cara seadanya. Prianya banyak yang bernama Reza.

Mobil stirnya di kiri dan memakai haluan kanan. Kalau BRT memiliki dua jalur di tengah jalan raya yang lebar. Mobil kebanyakan berwarna putih. Sepeda motor dan ojek juga ada di Tehran. Begitu juga tukang tambal ban, tukang jahit atau tukang semir sepatu ada di kota ini. Kemacetan ada seperti Jakarta tetapi tidak terlalu parah. Dari Azadi, tampak dikejauhan ada perkotaan di atas gunung yang indah sekali. Azadi Bus Terminal disamping melayani dalam kota Tehran, juga melayani luar kota dan luar negeri seperti Turki, Armenia dan Georgia. Di beberapa terminal bus ada jasa locker dan paket. Uniknya, para sopir bus jarak jauh ikut sibuk mencari penumpang di setiap pintu masuk terminal. Sopir bus memakai seragam yang ada pangkatnya seperti kapten pesawat terbang.

Kalau berbahasa inggris aku tidak pernah ragu, karena banyak orang mau membantu. Mereka akan memanggil temannya yang bisa. Atau ada saja orang yang datang untuk menterjemahkan maksud kita.

Jalanan di Iran mulus. Kebersihan kotanya oke. Tetapi sikap berkendaranya kurang tertib. Zebra cross hampir tidak berguna. Tehran tampak hijau dan taman-tamannya juga bagus. Ternyata untuk foto-foto nggak bisa sembarangan. Ada beberapa tempat yang perlu minta ijin terlebih dulu.

Hampir segala kesempatan, aku blusukan kemana-mana. di antaranya menemukan sentra penjualan buku Tehran di Meydan-e-Enghelab-e-Eslami. Kawasannya luas, berlantai beberapa tingkat di bawah tanah, bukunya lengkap. Kaum mudanya gemar membaca. Karenanya banyak muda mudi Iran penuh sesak yang lewat sini. Mereka sering ketemu orang asing termasuk saya. Wanita muda Iran senang dengan turis. Kadang mereka coba menggoda dengan say hello, "How are you, where are you from ?" Mereka bicara dengan Inggris dasar dan akhirnya minta selfie, lalu bertanya, "Do you have facebook or Instagram ?"

Warga Iran tidak pernah memberi salam lengkap 'Assalamu alaykum'  tetapi hanya 'Salam' yang terdengar di telinga 'Saloum'. Shalat di masjid disediakan batu (muhr) sebagai perangkat shalat. Batu-batu asal Karbala tersebut tersedia di dekat pintu masuk masjid. Sandal dibawa masuk dan ada tasnya. Aku shalat biasa aja meski tangan tidak dilipat di atas perut. Shalat dan adzannya berbeda. Pada saat mengumandangkan 'Asyhadu anna Muhammad Rasullah', Maka setelah itu ada tambahan 'Asyhadu anna Ali waliyullah'. Waktu Shalat dikerjakan tiga waktu, Shubuh sendiri, dhuhur Ashar digabung dan Shalat Maghrib Isya digabung. Tetapi mau dikerjakan lima waktu juga tidak apa-apa. Shalat Jum'at hanya dilakukan pada satu masjid yang ditunjuk.


Kalau saja Iran tidak punya potensi minyak dan gas. Atau rakyatnya tidak patuh dengan pemimpin negara, mungkin negeri ini mudah hancur. Apalagi diembargo oleh barat. Itulah hebatnya Iran. Contoh kecil saja, negeri penuh gurun dan padang pasir, tetapi air tersedia di mana-mana. Kota-kotanya hijau menyenangkan. Cerita tentang Iran di media internasional tidak sepenuhnya benar. Malah banyak terjadi tidak sesuai faktanya. Iran tidak bisa dipandang sebelah mata.
JONOUB TERMINAL
Ada empat terminal bus besar di Tehran untuk melayani menurut arah tujuannya. Kartu e-card ezpay bisa untuk BRT dan Metro. Kartu perdana harganya, 30.000 rial atau 3.000 Toman.


GESER KE KASHAN

Hari ini ke Kashan. Dari hostel pake BRT dari Sabalan ke Darvazeh Dawlat. Dari situ pake metro ke Terminal Jonoub. Tiket ke Kashan VIP bus 160.000 Rial. Bus berangkat setelah 15 menit tiket kubeli. Di dalam bus penumpang ada kalanya diwajibkan pakai sabuk pengaman. Bus menempuh jarak 244 km selama tiga jam.

Luxury bus seat 2X1 menuju Kashan melewati kota penuh ritual Qom. Karena jalanannya mulus, semuanya menjadi lancar. Di perjalanan dapat snack roti dan juice kotak. Di kota Kashan aku share taksi (1.000 Toman) bersama traveler asal China, Shily. Taksi menuju hostel yang belum aku booking. Kebetulan banyak kamar yang full karena banyak turis. Sopir taksi membantu mencarikan hostel melewati lorong-lorong jalan yang cukup hanya satu mobil. Akhirnya dapat juga di Sadaghi, kamarnya 24 USD, shared berdua (plus sarapan).

FIN GARDEN
Kesempatan di sore hari kugunakan eksplore kota tua Kashan. Aku menyusuri lorong yang dindingnya terbuat dari batu bata dilapisi semacam lumpur berwarna krem. Lorongnya sempit seperti labirin yang cukup hanya satu mobil. Inilah perkampungan dan masjid pusat sejarah orang Iran di masa lampau beratus-ratus tahun yang lalu. Letaknya di Allavi street.

Selepas sarapan aku ke Bazaar Kashan. Check out, lalu ke Fin Garden dan Abyaneh. Sewa taksi 30 USD berempat (@250.000 Rial). Masuk Fin Garden harus bayar tiket 200.000 Rial. Tetapi aku bisiki petugasnya kalau kita sama-sama muslim country. Akhirnya, aku diberi tiket harga setengahnya.


Dilanjutkan ke Abyaneh melewati instalasi army Iran di tengah padang pasir. Di sini dilarang mengambil foto apa pun. Tampaknya di situ ada alat tempur anti serangan udara dan tempat peluncuran rudal.

Kota Tua Abyaneh sungguh luar biasa dan sangat mempesona bagi siapa saja yang melihatnya. Susunan rumah di perbukitan yang dikelilingi background pegunungan merupakan perkampungan yang mandiri di masa lalu. Sampai sekarang ada beberapa rumah yang masih ditempati oleh warga aslinya.

Perkampungan dengan rumah rumah yang terbuat dari batu bata yang di plester kotoran keledai/sapi masih berdiri kokoh di Abyaneh. Saluran irigasi dan lorong lorong sempit menjadikan lokasi ini sangat unik dan membuat decak kagum pengunjungnya.

Akhirnya, kami kembali ke Kashan melewati jalan berliku naik turun di pegunungan dan menembus hamparan padang pasir yang gersang. Aku didrop di Terminal Kashan dan berpisah dengan rekan travelers dari China, menuju Esfahan.


GESER KE ESFAHAN

Kebetulan aku bertemu dengan rekan traveler dari South Africa yang pernah sehostel di Tehran. Jadi ketika bus tiba di Terminal Esfahan setelah menempuh jarak 247 km selama tiga jam, kami bertiga share taksi (@50.000 Rial) dan share kamar di Hotel Amir Kabir, @350.000 Rial.

KALE PACHE
Perut malam ini perlu diisi. Akhirnya aku pilih menu sup kambing full service (kale pache) 150.000 Rial.

Amir Kabir Hostel, ada wifi, sarapan, locker, menyediakan paket tour, ramah dan murah 10 USD. Ke Emam Square cukup jalan kaki saja.

Meski di Iran tampaknya aman-aman saja, tetapi ada beberapa orang berpesan padaku, "Harus hati hati dan tetap waspada. Jangan terlalu percaya pada siapa saja". Yang penting harus tetap hati-hati di manapun kita berada.

Bus di Esfahan lebih sulit dipakai karena rutenya semua dalam Bahasa Parsi/Arab. Bayarnya pakai e-card. Harga makanan lebih mahal dibanding kota lainnya.

Sore hari aku menunggu hadirnya sunset di sekitar Emam Square. Kemudian share taksi bersama tiga orang asal Thailand ke Khajoo Bridge (100.000 Rial). Malamnya iseng jalan kaki kembali ke hostel dan mampir makan kebab ayam (50.000 Rial). Ketika siang aku makan burger di tempat yang sama (75.000 Rial).

Aku bersama travelmate dari Afrika Selatan menyusuri kota, masuk Masjid Jame Abassi di Emam Square (200.000 Rial) dan makan siang yang cukup untuk persiapan masing-masing tujuan perjalanan di Restoran Grand'ma Table. Aku bayar share dengan Roberto (23 thn) dan Max (25 thn).

Emam Square dikelilingi ratusan kios pasar yang sangat luas. Di dalamnya terdapat cabang lorong-lorong yang bisa membuat pengunjungnya kesasar. Apa aja ada dijual di sini, mulai yang murah sampai yang termahal. Ini salah satu bazaar kuno yang masih ada di Iran.

Ketika masuk ke Masjid Abassi, para turis dipandu oleh salah satu pemandu tour wanita dari Iran. Salah satu yang diperagakan olehnya adalah adzan di bawah kubah raksasa, sehingga suara adzan terdengar menggema. Setelah peragaan adzan selesai, para turis serentak bertepuk tangan.

Dengan bus no 91 pakai e-card Esfahan aku ke Terminal Kaveh menuju Shiraz. VIP Bus 360.000 Rial, menempuh perjalanan 482 km selama tujuh jam. Sopirnya ada dua. Snack nya buah pisang, mentimun dan apel. Di pertengahan jalan istirahat sejenak untuk beli kopi, teh atau camilan.

Travelmates, Roberto dan Max dari South Africa and Shily China, semuanya kocak-kocak. Hampir di setiap kota aku bertemu bahkan sekamar di antara mereka. Kalau Shily orangnya kecil, lebih besar backpack-nya ketimbang tubuhnya. Dia tegas dan selalu bilang pelajar kalau dikasih harga mahal, seperti taksi atau kamar hostel.


GESER KE SHIRAZ

Akhirnya setelah menempuh perjalanan tujuh jam, aku tiba di Shiraz. Amati sesaat lalu makan burger 50.000 Rial. Kuambil taksi omprengan ke hostel 80.000 Rial. Sopir mengantarkan ke hostel bukan yang kuminta. Tapi apa salahnya, akan kucoba lihat dulu siapa tau oke. Lagi pula hari sudah pukul sepuluh malam.

Tangestan Hostel namanya. Letaknya, di daerah Chahr namazi yang berada di tengah-tengah keramaian kota. Apa saja ada di dekat sini. Lokasinya tidak jauh dari Niayesh Boutique dan Taha Hotel. Kamarnya tidak dihitung seperti dorm, meski dalam satu kamar ada beberapa bed. Kamarnya super besar plus TV dan kulkas. Dilengkapi dapur dan mesin cuci. Malah aku beruntung, setelah sedikit tawar menawar akhirnya dapat 800.000 Rial untuk dua malam. Jadi permalamnya hanya 11 USD. Aku tidur sendiri dan katanya memang ini untuk bapak sendiri. Alhamdulillah.

Pagi-pagi aku bergegas ke Terminal Bus Karandish dengan taksi 50.000 Rial. Aku akan ke Persepolis. Untuk kesana harus nyebrang dulu ke luar terminal lalu naik bus kecil ke Marvdasht. Bus tersebut mangkal di dekat pool taksi kuning. Ongkosnya waktu itu 25.000 Rial.

Sampai Marvdasht aku sambung dengan taksi ke Persepolis 100.000 Rial. Dan tiket masuk Persepolis 200.000 Rial. Untuk kesini sebaiknya pagi karena kalau kesiangan bakal kepanasan. Jangan lupa juga bawa air minum dan makanan.

Kawasan Persepolis luas dan perlu naik ke atas bukit batu untuk melihat hamparan situsnya. Persepolis adalah 'Kota Persia' sebagai pusat Kekaisaran Persia sekitar Tahun 500 SM. Peninggalan sejarah kuno ini terletak sekitar 70 km dari Kota Shiraz.

Pulangnya memakai cara dan ongkos yang sama. Karena badan sudah capek, aku ga lanjut ke Necropolis. Disamping itu karena cuacanya juga cukup panas. Kalau dipaksakan kuatir kelelahan dan kalau berlanjut semua rencana bakal berantakan.

Ke Yadz dan Kerman juga aku skip karena no enough time. Enaknya tuh santai, bukan safari non stop kayak aku ini.  Hhe.

Memang kalau dituruti masuk ke semua spot wisata bakal kantong bolong. Untuk itu bisa disiasati dengan men-skip atau mengintip dari kisi kisi jendela saja dan mengabadikannya dengan kamera dari situ.


Selama di Iran aku nggak pernah makan nasi karena susah nyarinya. Paling-paling makan roti, burger, kebab atau buah. Minumnya teh atau air yang aku ambil dari water taping yang ada di mana-mana. Setelah ke Persepolis, aku jelajahi beberapa masjid dan bazaar di Shiraz. Lalu setiap kesempatan aku selalu menyatu bincang-bincang dengan warga lokal.


SIAP BALIK KE TANAH AIR

Keesokan harinya pada tengah malam aku kembali ke Tehran dengan Bus VIP (500.000 Rial). Jarak yang kutempuh 933 km, selama dua belas jam. Nongkrong lama di Terminal Karandish yang selalu ramai non stop 24 jam, aman, bersih, tertib, ramah dan fasilitas yang cukup menjadi ciri khas setiap terminal bus di Iran.

Wuasem tenan, perjalanan dari Shiraz ke Tehran tidak dapat snack apa-apa. Jadi kalau ada kesempatan berhenti istirahat, aku buru-buru beli minuman dan camilan. Ditambah lagi nasib Backpack-ku yang sudah tua putus talinya. Beruntung di luar Terminal Jonoub Tehran ada tukang sol sepatu. Ongkosnya aku tambahin dengan topi yang kubawa ke Iran.

Setelah mondar mandir ke kota Tehran dengan metro dan BRT, akhirnya aku ke Imam Khameini Airport lebih awal dengan taksi, 350.000 Rial. Dan uang Rial yang tersisa kutukar dengan US$.

Petualangan selama dua minggu di Iran pun aku akhiri sampai di sini. Dana yang kuhabiskan sekitar 350 USD termasuk visa dan asuransi plus sedikit oleh-oleh. Selanjutnya lewat KLIA2 aku kembali ke rumah (Malang) bertemu dengan keluarga tercinta. Terima Kasih Ya Allah atas nikmatMu yang Engkau berikan selama ini.



Copyright©  by RUSDI ZULKARNAIN
email :  alsatopass@gmail.com

2 comments:

Ben Ishlah said...
This comment has been removed by the author.
Ben Ishlah said...

masya Allah, semoga suatu hari bisa berkunjung juga. amin