BERAMAL LEWAT TULISAN

Monday, 22 September 2025

BUKAN SEKEDAR PERJALANAN 17 HARI MENUJU TITIK NOL NUSANTARA, MERAUKE

 


Setelah enam bulan lalu menjelajah Makassar, Sorong, Manokwari, Nabire, Serui, Jayapura hingga ke Papua Nugini. Kali ini aku menjelajah Merauke Papua Selatan lewat jalur Makassar, Bau Bau, Ambon, Bandaneira, Tual, Timika & Agats.

T U A L

Perjalanan lewat jalur laut Surabaya sampai Tual dengan KM Labobar memakan waktu yang cukup lama hampir lima harian (4 hari 5 jam), Di Tual berganti dengan KM Tatamailau yang baru hadir seminggu lagi. Aku harus stop over & menginap di Tual sambil menunggu KM Tatamailau datang. Perjalanan ke Merauke memakan waktu hampir empat harian (3 hari 12 jam). Kesempatan lama di Tual kugunakan mengeksplor Kepulauan Kei diantaranya Kei Kecil, Pulau Wear Fair, Elat (Pulau Kei Besar) & pulau lain yang keindahannya sangat eksotis. Tual masuk ke dalam Kabupaten Maluku Tenggara (Maluteng) yang dimekarkan menjadi Kabupaten & Kota Tual. Wilayah Kabupaten Maluteng meliputi Kepulauan Kei, Kepulauan Aru & Kepulauan Tanimbar.

Di Tual kami cuma 2 hari stay di Hotel Aslonia di pusat kota karena jalan menuju hotel cukup terjal risiko terpeleset. Aku pindah ke Penginapan Cahaya di Jalan Pattimura yang tergolong lebih murah dibandingkan dengan hotel lain dikelasnya. Lokasinya lebih strategis dekat ke mana² pelabuhan, pasar, kulineran, masjid, laundry & ada Bank BRI di sebelahnya.
Step by step kami menjelajahi Kepulauan Kei meski belum habis semua, maksudnya biar ada kenangan di hati. Berinteraksi dengan warga lokal, blusukan ke pasar², nikmati kulineran khas lokal & mendatangi spot spot wisata. Semingguan di Tual aku jadi tau harga laundry kiloan 10 ribu/Kg selesai 3 hari, 1 rat telur isi 30 butir 64 ribu naik turun, kelapa muda satunya cuma 5 ribu perak, sebungkus Nasi Padang (1 lauk) 35 ribu, Bensin petralite eceran 3/4 botol mineral besar harganya 20 ribu. Soal sayuran harganya lumayan mahal. Yang bikin aku heran mengapa uang receh 50, 100, 200, 500 atau 1000an logam ga laku ga ada yang mau menerimanya. Mereka cuma mau uang seribuan kertas bukan yang logam.


Kota Tual berada di Pulau Dullah & Kabupatennya Maluteng dibelahnya berada di Pulau Kei Kecil yang dihubungkan oleh Jembatan Usdek. Kabupaten ibukotanya Langgur di Pulau Kei Kecil. Di dekatnya ada Pulau Wear Fair yang dihubungkan oleh Jembatan Gantung Wear Fair hanya bisa dilalui sepeda motor atau pejalan kaki. Setiap hari aku bersama istri menjelajahi tempat² yang belum aku tau misalnya Tugu di Langgur, Jembatan Wear Fair, Jembatan Usdek yang ada tulisan ikon I Love KEI, Taman Kiom, Pasar Tradisional Langgur & Pasar Maren.

PANTAI NGUR BLOAD

‌Hari itu aku ke Pantai Ngur Bloat yang dikenal sebagai Pantai Pasir Panjang. Ke sananya aku pakai sepeda motor sewaan 100 ribu per hari tapi bensin isi sendiri. Jarak dari penginapan ke lokasi ga sampai 20 kilometer atau 30 menit dengan sepeda motor.

Pantai Ngur Bloat adalah salah satu destinasi wisata yang paling menakjubkan di Kepulauan Kei, Maluteng. Pantai ini terkenal dengan pasir putihnya yang sangat halus bahkan sering disebut sebagai pasir terhalus di dunia. Pasir Putih yang sangat halus menjadi daya tarik utama Pantai Ngur Bloat. Pasir pantainya begitu lembut dan halus seperti tepung sangat nyaman untuk berjalan kaki bersantai di atasnya.

Disamping pasirnya yang halus, pemandangannya indah banget. Lautnya biru jernih memukau terhampar luas. Suasana pada weekday seringkali sepi. Kalau ingin tenang weekday adalah waktu yang tepat rekreasi menikmati ketenangan alam. Air yang tenang dan jernih cocok untuk berenang, bermain² mencoba aktivitas air seperti banana boat, selancar layang dan paddle board. Di sekitar lokasi tersedia gazebo untuk bersantai sambil membuka bekal menikmati keindahan pantai merasakan lembutnya pasir. Kami tidak lupa mengabadikan momen indah ini dengan latar belakang pantai yang menawan.

Bagi yang ga membawa bekal, disini tersedia kelapa muda & kuliner sederhana khas setempat seperti pisang goreng dengan tepung tebal, singkong goreng, keladi goreng, sukun goreng, hidangan sayuran lokal & olahan siput. Kulineran ini sangat pas dicicipi sehabis snorkeling atau diving di sekitar perairan Ngur Bloat. Visibilitas dalam air amat baik melihat terumbu karang yang menakjubkan sehingga cocok bahkan untuk penyelam pemula sekali pun. Waktu aku ke sana ga ada tiket masuknya tapi kalau memakai gazebo untuk santai dan kamar mandi ganti biayanya sampai 50 ribuan. Parkir gratis.

‌‌Karena lokasinya ga terlalu jauh dari Tual sehingga kami ga perlu menginap. Di sekitar Pantal Ngur Bloat ada beberapa penginapan sederhana berupa cottage. Salah satu yang cukup dikenal adalah Coaster Cottage di sisi utara pantai dan Villa Monica di ujung selatan pantai. Disarankan untuk memesan akomodasi inj jauh² hari terutama pas musim liburan karena jumlah kamarnya terbatas.

‌‌Setelah puas mantai di Ngur Bload aku ke Lian Hawang yakni tempat berenang alami di dalam goa karang. Jalannya cukup baik. Dari Ngur Bload cuma 40 menitan bisa sampai ke lokasi. Aku mengikuti Gmaps melintasi jalan pinggir pantai. Tapi sayang jembatannya putus padahal sedikit lagi hampir sampai. Saat ini ada dua alternatif menuju kesana. Yang pertama jalan memutar lewat Langgur atau yang kedua lewat Debut lebih singkat menyebrang ke Pulau Dian dengan speed boat. Lantas dari Pulau Dian bisa lewat jembatan baru yang melengkung mirip jembatan di Sydney atau naik speed boat lagi ke daratan karena jembatan baru belum jadi 100% masih buka tutup.


MANDI DI LIANG HAWANG

‌Dari situ bisa terus menyusuri jalan pinggir pantai hingga ke Lian Hawang. Spot ini memiliki kisahnya yang melegenda di masyarakat. Air kolam rasanya tawar bening berwarna hijau toska. Lian Hawang salah satu destinasi wisata terkenal di Kepulauan Kei khususnya di Desa Wisata Letvuan sekitar 15 kilometer dari Kota Langgur ibukota Kab. Maluteng.

‌"Lian Hawang" dalam bahasa lokal disebut juga "Gua Suanggi" atau "Gua Hantu". "Hawang" dalam bahasa lokal berarti arwah atau setan, konon banyak hantu bersemayam di sana yang menjadikannya tempat ini punya mitos menarik. Berbeda dengan gua lain pada umumnya yang berlantai tanah, Gua Hawang memiliki air kolam yang sangat jernih, sehingga dasar gua dapat terlihat jelas. Airnya berasal dari mata air Evu, mata air terbesar di Kepulauan Kei & terhubung melalui sungai bawah tanah ke lautan. Kedalaman air di dalam gua bervariasi antara 1-3 meter tergantung pasang surut.

Konon, berenang di sini bisa membuat awet muda, enteng jodoh & mendapatkan keturunan. Ada legenda tentang seorang pemburu & kedua anjingnya yang dikutuk menjadi batu di dalam gua gara² bicara kotor setelah minum air gua yang pahit. Bentuk stalagmit di tengah kolam dipercaya sebagai pemburu tersebut & dua batu kecil di sebelahnya adalah anjing²nya. Pengunjung biasanya memilih untuk berenang atau menyelam karena airnya yang sejuk dan jernih. Gua Hawang memiliki fasilitas area parkir, toilet umum, pemandu wisata, penyewaan alat snorkeling & warung makan.

‌Penting bagi pengunjung untuk menjaga ucapan & perilaku, menghormati adat setempat karena tempat ini dianggap sakral & tidak membuang sampah sembarangan, datang di siang hari melihat keindahan air yang lebih bening & berhati² saat berenang. Menggunakan pemandu lokal juga disarankan untuk mendapatkan informasi lengkap tentang legenda gua.

E L A T

‌Hari berikutnya kami ke Elat dengan Kapal Cepat dari Watdek. Tempat ini adalah pelabuhan speed boat yang berlokasi di Langgur. Elat adalah ibukota kecamatan & sebagai kota utama di Kei Besar. Kami naik Kapal Cepat Samudra Jaya yang melayani rute Watdek - Elat (pp). Kapal cepat berlayar setiap hari pagi & sore. Namun pada hari raya seperti Natal/Tahun Baru/Lebaran sering terjadi lonjakan penumpang. Waktu tempuhnya kurang lebih satu jam saja. Tiket yang biasa Rp. 50.000 & yang VIP Rp.70.000 per orang.



Kami (pp) tidak menginap di Elat & kembali ke Tual pakai kapal yang sama berangkat pukul 15.30. Penginapan di Elat Pulau Kei Besar sangat terbatas, kebanyakan berupa rumah penduduk yang disewakan, bukan hotel. Kondisinya bisa bervariasi namun biasanya ala kadarnya. Dari pelabuhan kami berjalan menuju pasar, shalat di masjid & melihat lihat rumah sakit yang baru selesai dibangun tapi belum dioperasikan. Tampak di sebelah kapal cepat sedang bersandar Kapal Tol Laut. Di pinggir Pelabuhan Elat terdapat menara mercusuar tinggi menjulang. Di dekat pasar ada sebuah rumah makan yang menunya lumayan lengkap & harganya terjangkau.

‌‌Bukan ke Elat saja yang bisa dikunjungi. Jika waktunya cukup, kita bisa datangi beberapa pulau, ke Kaimana, Fak Fak di Papua atau Dobo dengan ferry yang dapat dilihat jadwalnya di Pelabuhan persis di depan Pasar Maren. Ferry Lobster, Ferry Temi atau ferry lainnya siap mengantar kita ke tujuan.

Tiada ada gading yang tidak retak. Sama dengan Tual disana sini masih ada kekurangannya sebut saja misalnya gas sangat terbatas & harganya mahal (Gas 5.5 Kg harganya 170.000) sedangkan gas 3 Kg ga ada. Kebanyakan masyarakat kalau masak pakai minyak tanah (4 ribu/liter), Bank cuma ada BRI/BNI/Mandiri, SPBU cuma ada 1 di Tual & 1 di Langgur selebihnya bensin eceran/pom mini, listrik masih sering byar pet, uang logam ga laku ga ada lampu merah.

Penantian semingguan di Tual akhirnya selesai juga. Pagi² kami bergegas jalan kaki ke pelabuhan. KM Tatamailau telah menunggu di pinggir dermaga yang siap bergerak menuju Merauke. Alhamdulillah berangkatnya on time. KM Tatamailau diambil dari nama gunung di Timor Leste yakni Gunung Tata Mailau atau Gunung Ramaelu yakni gunung tertinggi di Pulau Timor. Kapal² Pelni sering disebut orang² Maluku sebagai "Kapal Putih". KM Tatamailau ukurannya lebih kecil dibanding dengan kapal² Pelni lainnya seperti Labobar, Gunung Dempo, Tidar atau Dorolonda. Usia KM Tatamailau sudah lumayan tua 35 tahun (1990).

POMAKO TIMIKA

‌Menuju Merauke kapal transit di Pomako (Timika) & Agats. Tatamailau merapat di Pelabuhan Pomako di pesisir Distrik Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah setelah berlayar 22 jam. Pelabuhan ini terletak di tepi Laut Arafura. Keberadaannya sangat penting sebagai salah satu akses laut utama menuju Timika. Pelabuhan Pomako melayani aktivitas bongkar muat barang (kontainer) & transportasi laut. Kebutuhan logistik Kota Timika masuk dari Pelabuhan Pomako terutama untuk PT Freeport Indonesia. Puluhan box putih berisi ikan dari Kepulauan Kei memenuhi geladak KM Tatamailau. Pomako juga menjadi titik keberangkatan/kedatangan kapal penumpang, kapal barang & kapal nelayan.

Sebagian masyarakat Pomako bekerja sebagai nelayan, buruh pelabuhan atau terlibat dalam kegiatan perdagangan hasil laut. Penduduk asli umumnya berasal dari suku² lokal seperti Kamoro, salah satu suku pesisir yang mendiami wilayah ini.‌ Dari Kota Timika ke Pomako bisa ditempuh lewat darat kurang lebih 1 hingga 1,5 jam tergantung kondisi jalan melewati hutan² yang sepi penduduk.

Di Pomako aku turun cuma lihat² sekitar pelabuhan karena hujan lebat. Transitnya di pelabuhan ini 4 jam. Setelah KM Tatamailau singgah di Pomako berikutnya mengarungi lautan lagi selama 14 jam menuju Agats ibukota Kabupaten Asmat Provinsi Papua Selatan. Kota ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan kota² lain di Indonesia, terutama dari segi budaya, geografi & infrastruktur.

A G A T S

Agats berada di wilayah pesisir selatan Pulau Papua, di tepi Sungai Aswets. Kota ini terletak di daerah rawa² & hutan bakau yang luas, sehingga tanahnya berlumpur basah sepanjang tahun.

‌Agats, kota tanpa jalan darat atau jalan aspal seperti umumnya. Sebagian besar jalan dibuat dari papan kayu (boardwalk) yang membentang di atas rawa. Warga mayoritas menggunakan sepeda motor listrik atau berjalan kaki di atas papan tersebut. Masyarakat masih banyak yang tidak beralas kaki alias "nyeker". Transportasi utama antar desa & kota menggunakan perahu motor atau speedboat melalui sungai & kanal. Karena kondisi tanah berlumpur, rumah² di Agats dibangun di atas tiang-tiang kayu yang tinggi agar tidak terendam air. Namun sekarang sebagian jalan banyak yang sudah beton/beraspal meski masih melayang di atas rawa.

‌Penduduk asli Agats berasal dari Suku Asmat, yang terkenal karena kesenian ukiran kayu & ritual² adat yang unik. Suku Asmat memiliki budaya spiritual yang kuat & menganggap bahwa ukiran kayu bukan sekadar seni, melainkan bagian dari komunikasi dengan roh leluhur. Agats menjadi pusat kebudayaan Asmat & setiap tahun menyelenggarakan Festival Budaya Asmat, yang menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Ekonomi masyarakatnya sebagian besar berbasis pada perikanan, berburu & kerajinan tangan terutama ukiran.

‌‌Akses ke Agats cukup sulit hanya bisa dijangkau lewat jalur udara ke Timika/Jayapura lalu diteruskan dengan perahu cepat atau kapal laut. Fasilitas seperti listrik, air bersih & sinyal internet di beberapa wilayah masih terbatas. Agats dikenal sebagai salah satu destinasi wisata budaya & alam yang eksotis di Papua. Budaya Asmat, festival ukiran, kehidupan di atas rawa, serta eksplorasi sungai & hutan tropis menjadi daya tarik utama Kabupaten Asmat.

‌‌Tatamailau berangkat lagi menuju Merauke sebagai tujuan akhir rute kapal ini ke paling timur selatan Indonesia. Namun baru beberapa jam mengarungi lautan, GEMA TAKBIR BERKUMANDANG DI ATAS KM. TATAMAILAU MENYAMBUT IDUL ADHA 1446 H. KAMI SHALAT IED DI KAPAL YG BERGOYANG² KRN GELOMBANG LAUT YG LUMAYAN BESAR. DGN RASA BAHAGIA & RASA SYUKUR YG MENDALAM KAMI SAMBUT IDUL ADHA. ALHAMDULILLAH SEMUANYA DIBERI KELANCARAN, KEMUDAHAN & KESEHATAN SELAMA PERJALANAN. SEMOGA ALLAH MENERIMA SEGALA AMAL IBADAH KAMI SEMUA, BAIK YG SEDANG BERADA DI LAUT MAUPUN YG ADA DI DARAT. AAMIIN.

‌Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu.


MERAUKE

‌Tatamailau seharusnya sudah tiba di Merauke tapi kapal ga bisa masuk gara² menunggu air laut pasang. Sekitar 6 jam kami tertahan jauh di luar muara menunggu air pasang. Setelah menunggu lama akhirnya pada tengah malam kapal merapat di Pelabuhan Merauke. Kami berdua berusaha keluar duluan dari kapal lantas dengan 2 ojek buru² ke Homestay. Alhamdulillah semua lancar, dari pelabuhan ke Homestay Rans yang rekomendit jaraknya cuma 2.5 Km. Lanjut istirahat simpan tenaga & bersiap menjelajah Merauke esok pagi.




Aku cuma 3 hari di Kota Rusa Merauke karena menyesuaikan jadwal kapal dari Jayapura ke Surabaya. Sebab kalau meleset bakal tunggu sampai 2 minggu lagi baru ada kapal. Meski waktunya ketat cuma 3 hari, aku berusaha mengaturnya biar maksimal mengeksplor ujung timur Indonesia ini. Merauke punya motto "Izakod Bekai Izakod Kai" dalam bahasa daerah Marind berarti "Satu Hati Satu Tujuan" atau "Satu Hati Satu Gerak". Motto ini mencerminkan semangat persatuan & kebersamaan masyarakat Merauke dalam mencapai tujuan bersama. Selain motto nya yang hebat, Merauke juga terkenal daging rusanya.

PBLN SOTA

‌Pada hari pertama di Merauke kami ke Sota maunya sih naik Bus Damri. Ketika itu pas hari minggu. Wah Border RI - PNG bakal rame nih ada pasar untuk kedua negara. Ternyata Bus Damri libur kalau hari minggu tapi Bus Damri tujuan lain tetap beroperasi. Akhirnya aku cuma berbelanja ke Pasar Wamanggu sebelah terminal. Padahal targetku hari ini ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Sota. Agar impian ke Sota terwujud, aku panggil taxi (angkot) & nego harga menuju Sota bersama istriku. Jarak dari Merauke ke Sota sekitar 70 kilometeran waktu tempuhnya sekitar 1.5 jam. Ke Sota cuma ada satu jalan jadi ga takut nyasar apalagi Bang Nando asal Kupang hafal mati jalur tersebut. Kami melewati Taman Nasional Wasur & di sepanjang jalur ini banyak sarang semut raksasa menjulang tinggi. Jalanan sangat sepi hanya ada satu dua kendaraan yang lewat. Peralatan seperti kunci², dongkrak, jas hujan setidaknya harus dibawa untuk antisipasi kalau ada apa² di jalan.



PLBN (Pos Lintas Batas Negara) Sota lokasinya di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan. Tempat ini sebagai pintu perlintasan resmi Indonesia & Papua Nugini (PNG) serta sebagai penjaga kedaulatan NKRI wilayah perbatasan. Disamping itu PBLN sebagai "halaman depan & beranda negara". Border Sota dapat melancarkan proses perdagangan antar negara & mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua sisi perbatasan. PLBN Sota sering menjadi tujuan berbagai pihak untuk dinas atau rekreasi sekedar melihat perbatasan & berbelanja barang² asal PNG.
Sebagai kenang²an ada beberapa ikon² yang perlu kuabadikan seperti "Kilometer O Merauke Sabang", Monumen Soekarno, Patung Garuda & Gerbang PBLN Sota. Sedangkan sisi wilayah Papua Nugini (PNG) ga ada apa² cuma ada batas alami & bendera PNG. Kami sempatkan mampir ke Pos Pamtas RI - PNG lantas foto bersama anggota TNI yang sedang bertugas. Kembalinya, kami mampir minum kelapa muda di pertigaan jalan menuju Merauke.



MUSAMUS

‌Hari berikutnya kami ke Wisata 1000 Musamus yakni sarang semut raksasa salah satu ikon pariwisata unik di Kabupaten Merauke. Destinasi wisata ini menawarkan fenomena alam yang luar biasa yaitu keberadaan ratusan sarang rayap raksasa (bukan semut seperti yang sering disalahpahami), beberapa bahkan ada yang mencapai ketinggian 3 hingga 5 meter, melebihi tinggi manusia.

‌‌Dinamakan "1000 Musamus" karena jumlah sarang rayap di area ini diperkirakan mencapai seribuan, sarang yang kecil maupun yang besar jumlahnya sangat banyak, sehingga dinamakan "Taman Wisata 1000 Musamus". Lokasinya ada di Desa Salor Indah, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke. Taman ini dapat ditempuh sekitar 1,5 hingga 2 jam dari pusat kota pakai motor atau mobil. Mengingat sebagian jalannya masih berupa tanah, aku sewa mobil yang tinggi agar bisa lewat.



Musamus juga dapat dijumpai di area lain seperti di Taman Nasional Wasur, namun di Kampung Salor Indah musamus nya banyak & berkoloni sehingga membentuk "perkampungan" musamus yang menakjubkan. Obyek wisata ini sangat original alami namun perlu akses jalan yang baik, penataan kawasan musamus, rumput² dipotong agar rapi, akses antar musamus perlu jalan yang baik antisipasi jika turun hujan & kedai² UMKM melayani kebutuhan pengunjung. Untuk melengkapi eksplor Merauke kami ke Pantai Lampu Satu, Monumen Kapsul Waktu, Patung LB Moerdani & makan sup tulang di Warung Simpang Tiga dekat situ. Oh ya, di Merauke bersliweran kendaraan yang ber plat polisi setempat. Kalau dulu ada plat 'DS' lalu 'PA' (Papua), 'PY' (Barat Daya), 'PB' (Barat) & 'PS' (Papua Selatan). Kendaraan online cuma ada Maxim dan Gojek selain itu ojek pangkalan & angkot (taxi) masih normal beroperasi.

‌‌Hari terakhir di Merauke aku agak santai hanya eksplor dalam kota aja diantaranya ke Kebun Binatang Mini Yamai Atid (tempat hewan berkumpul) yang lokasinya tidak jauh dari Pasar Wamanggu (1 km). Taman Satwa Yamai Atib adalah salah satu destinasi wisata edukasi yang menarik di Merauke. Taman ini merawat sejumlah hewan endemik Papua yang berafiliasi dengan rumpun hewan Australia. Satwa di taman ini antara lain walabi yang sekilas mirip kanguru namun berpostur lebih kecil berwarna kecoklatan, burung kasuari, bangau, rusa, buaya & elang.



Taman ini juga berfungsi sebagai tempat penangkaran beberapa hewan seperti walabi & rusa. Selain sebagai tempat perawatan hewan, taman ini juga menjadi sarana edukasi bagi pengunjung untuk mengenal satwa endemik Papua & mempromosikan pariwisata Merauke. Pengunjung dapat melihat & berinteraksi secara dekat dengan hewan. Di dalam taman ini ada gazebo² untuk bersantai, fasilitas internet (Wi-Fi) dengan harga terjangkau yang disediakan untuk masyarakat & ada cafe musik di dalamnya. Lahannya tidak luas tapi cukup memadai nyaman berada di sini. Pengunjung tidak dipungut biaya masuk ke Taman Satwa Yamai Atib ini. Namun, pengunjung bisa membeli pakan hewan seikat kangkung yang harganya 5 ribu jika ingin berinteraksi dengan rusa. Pengunjung bisa saja memberikan kontribusi seikhlasnya untuk kebersihan, kotak kontribusi tersedia di pintu masuk. Jam bukanya mulai 08.00 - 17.00. Taman satwa ini diinisiasi oleh mantan Bupati Merauke, Frederikus Gebze & hewan² di sini awalnya merupakan milik pribadi beliau. Koleksi hewan di taman ini antara lain walabi, rusa, elang, kasuari dan buaya.


JAYAPURA

Untuk berangkat esok pagi ke Jayapura kami beres² sekedarnya aja karena barang bawaan cuma satu ransel biasa. Lalu istirahat yang cukup. Penjelajahan sampai Merauke tuntas sudah, saatnya kembali ke Malang. Aku tetap memilih ongkos transportasi yang lebih murah & mencari rute yang singkat. Kuputuskan kembali dengan pesawat dari Merauke ke Jayapura di pagi hari yang cuma 1 jam 15 menit lantas malamnya dari Jayapura ke Surabaya dengan KM Gunung Dempo yang lumayan lama 5 hari 10 jam. Tiket pesawat harganya terus naik berbeda dengan tiket kapal laut yang selalu tetap tapi ketersediaannya semakin sedikit. Kemarin² harga pesawat cuma 600 ribuan, sekarang sudah 900 ribuan. Harus segera dibeli biar ga naik lagi atau bahkan kehabisan. Penerbangan Merauke - Jayapura dilayani oleh dua maskapai Lion & Garuda. Tiket pesawat oke, sedangkan tiket kapal laut sudah kubeli online ketika di Tual. Sehingga perjalanan dari Merauke ke Surabaya sudah konek semuanya.

Dari Bandara Sentani Jayapura setelah ambil bagasi aku bergegas keluar cari DAMRI minibus berwarna orange tujuan Kota Jayapura. Aku pilih turun dekat pelabuhan. Ongkosnya 60 ribu, waktu tempuhnya sekitar 1 jam (36 km). Kami masih punya waktu beberapa jam lagi di Jayapura, lumayan bisa langsung cari ikan bakar & beli bekal di Pasar Hamadi.

Setelah shalat di Masjid Taqwa depan Pasar Hamadi & istirahat rebahan di terasnya, kami menuju ke Pelabuhan pakai angkot B2 berwarna hijau tua. Pas mau masuk gerbang pelabuhan pinggir jalan, aku dihadang 4 orang & mengalihkan perhatianku sehingga berhasil ambil dompet plus handphone di dalam tas slempang di depan dada. Mereka kabur & membaur masuk ke dalam kerumunan orang² yang wajahnya hampir sama. Bingung ga loe ? Seketika itu juga aku lapor ke Polsek Pelabuhan Jayapura lantas membuat surat kehilangan untuk ganti simcard baru nanti di Grapari Malang. Selama ini aku menjalankan pepatah "Jangan taruh telur dalam satu keranjang." Alhamdulillah yang hilang cuma sebagian, sedangkan dokumen penting selamat semuanya karena ditaruh di keranjang yang lain, hhee. Keadaan masih terkendali. Barcode bookingan tiket ada di hp yang raib. Bersyukurnya masih bisa dibantu petugas pelabuhan untuk print tiket berdasar KTP. Saatnya naik KM Gunung Dempo menuju Surabaya sambil istirahat panjang dalam perjalanan selama 5 hari 10 jam. Teringat lagunya Mbah Surip, "Bangun tidur tidur lagi Bangun lagi tidur lagi Bangun ... tidur lagi hahaha" plus makan 15X sampai Tanjung Perak Surabaya.


CATATAN PENTING TRIP KE MERAUKE

Berangkat dari Indonesia bagian barat ke Merauke kalau pakai pesawat ga perlu kubahas disini sebab satu hari pun bisa sampai dengan biaya yang lumayan tinggi. Sedangkan naik Kapal Pelni biayanya cuma sejutaan tapi lama perjalanannya seminggu lebih. Keuntungan naik Kapal Pelni bisa jalan² tau berbagai daerah yang disinggahi kapal. Kita bisa turun melihat² dan mencicipi kulineran & budayanya. Tapi dan tapi apakah mental anda sudah siap kalau naik kapal laut ?

Perjalanan menggunakan moda campuran pesawat + kapal laut bisa juga dilakukan. Misalnya dari barat pakai kapal laut sampai Jayapura lalu sambung pesawat ke Merauke (pp). Ada beberapa Kapal Pelni tujuan Merauke seperti Tatamailau (35 thn/1990), Leuser (31 thn/1994) dan Sirimau (34 thn/1991) yang berangkat dari kota berbeda. Rute Surabaya - Jayapura ada KM Gunung Dempo (17 thn/2008), KM Dorolonda (24 thn/2001),  KM Ciremai (32 thn/1993), KM Dobon Solo (32 thn/1993) atau Sinabung (28 thn/1997). Pilih kombinasi ini dengan cermat agar waktunya singkat & budget bisa ditekan.

Keamanan diri selama perjalanan dengan kapal laut di area pelabuhan dan di dalam kapal perlu kewaspadaan tinggi untuk menghindari tindak kriminal. Terutama sepanjang perjalanan di perairan Papua termasuk Makassar & Bitung.

Untuk mengamankan data traveling khususnya dokumentasi harus rajin di posting ke medsos seperti ig, Google Local Guide atau Facebook biar kalau terjadi apa² sebagian foto & video sudah tersimpan aman di medsos.

I ❤️ Beautiful Indonesia 


Copyright@by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com


No comments: